Lihat ke Halaman Asli

Agus Setiawan

Hanya seseorang yang mencintai kata-kata

Duka Ibu Pertiwi

Diperbarui: 18 Januari 2021   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: freevector.com

Duka Ibu Pertiwi

Di awal tahun yang baru ini, yang bahkan belum genap berusia satu bulan. Ibu Pertiwi minitikan air matanya.

Belum habis luka akibat pandemi, sebuah burung besi terbang tinggi menuju angkasa, namun ia segan untuk kembali membumi. Membawa beribu kisah di dalamnya, mengepakan sayap menuju surga.

Satu per satu bencana datang tanpa henti, tanpa mempersilahkan diri untuk bersiap menghadapi.

Alam seakan murka dengan tingkah laku tamak sebagian manusia, yang tanpa malu memakan hak sesamanya, bahkan berani ingkar dengan janjinya kepada Tuhannya.

Tanah longsor, banjir bandang, gempa bumi, air pasang atau tsunami dan gunung berapi mengancam jutaan jiwa setiap saat. Sekali lagi alam menunjukan kuasa Tuhan atas dunia yang fana ini.

Sebuah pertandakah untuk kita manusia, atau hanya melihat bencana ini sebagai fenomena alam yang biasa.

Terdapat luka dan duka disana, di tempat saudara kita yang tertimpa bencana.
Sudah saatnya kita saling melengkapi, melupakan segala ego pribadi yang selama ini menjadi sumber perpecahan.

Semoga Tuhan kuatkan hati mereka yang tertimpa bencana.
Semoga sang Garuda dapat terbang tinggi, menyaksikan Ibu Pertiwi tertawa kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline