Lihat ke Halaman Asli

Agus Salim Jombang

Guru dan Penulis

Pandemi dan Tahun Ajaran Baru

Diperbarui: 16 Juli 2020   07:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Alhamdulillah, Tahun Ajaran baru telah ditetapkan sejak awal, yakni per-13 Juli 2020. Kekawatiran sebagian orang yang memiliki pengalaman historis akan terulangnya sejarah pendidikan sempat menyeruak dan menyesakkan dada. Dimana konon tahun 60an kegiatan sekolah pernah dihentikan, karena situasi tertentu (Pelaku sejarah dan sejarawanlah yang layak untu menyingkapnya: untuk memetik hikmahnya). Demikian juga pada tahun 78 tahun, tahun ajaran baru dirubah dari Januari menjadi per-Juli. Anda semua bisa melacak dan menganalisanya seradikal pemikiran Anda! 

Dengan adanya wabah Covid-19 sejak Maret 2020 KBM dilakukan secara daring. Dimana saat itu target semester genap tahun ajaran 2019/2020 belum kelar, termasuk Ujian Akhir Sekolah Nasional dan Ujian Nasional untuk tingkat SD SMP SMA juga ~kita merasakan dan mengalaminya, bukan? Akhirnya semuanya dihapus ~berkah Covid-19. Terimakasih Covid-19, engkau sebagai media dan alat penekan segala hal yang memaksa terhentikanya UASN dan UNAS yang sudah satu dekade diwacanakan untuk ditiadakan. Kita sama-sama tahu, bahwa upaya itu belum pernah berhasil. Penulis pernah ikut sharing (sebagai penyimak) tentang hal itu bersama tokoh pendidikan Jawa Timur dan Menteri era Pak SBY pertama di majlis Bangbang Wetannya Cak Nun di Surabaya. Ternyata berkah Covid-19 yang tidak nampak mampu mencampakkan segala hal secara kompak. UNAS dihapus karena untuk memutus pandemi. 

Tapi kita semua harus tetap belajar dan para ahli pendidikan wajib terus memeras otak untuk mencari formula pengukuran standar kelulusan para siswa sesuai tingkatannya. 

Nah akhirnya kita wajib belajar. Belajar melaksanakan pembelajaran secara online atau daring dengan menggunakan media online. Tentu banyak media yang bisa kita gunakan. Belajar secara online menjadi tuntutan zaman. 

Generasi kolonial, maaf untuk menyebut guru dan tenaga pendidikan U50 yang bisa disebut user unsich alat komunikasi, harus mengejar dan terus belajar. So teaching by doing, teaching by learning, learn to learn menjadi kasuyatan yang tak terelakkan. Guru harus up-to-date, jika tidak, maka ketinggalan zaman dan tidak akan mampu mendidik anak zaman ~generasi milenial~ yang melek teknologi. 

Namun demikian apakah tidak ada kendala? (Aku bertanya, lanjutan tulisanya hilang)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline