(Memperingati Hari Maritim Nasional 23 September 2017)
Berdasarkan data Jurnal Lembaga Pertahanan Kemanan Nasional 2012, dikatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang 2/3 nya adalah lautan dengan 17.499 pulau dan luas perairan laut yang mencapai 5,8 juta km dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kondisi tersebut telah menempatkan Indonesia pada kedudukan dan peranan yang penting dalam hubungan dengan dunia internasional sebagai poros maritim dunia. Posisi ini memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap pengaruh dari luar karena terbukanya dan tersebarnya wilayah-wilayah Indonesia yang mengakibatkan terganggunya stabilitas keamanan yang dapat menggoyahkan ekonomi bahkan keutuhan NKRI. Terfikir atau tidak bahwa resiko tinggi yang mengganggu stabilitas negara baik ekonomi maupun lainya tersebut bukan tidak mungkin akan datang dari sisi sektor kesehatan yang baik langsung maupun tidak langsung akan sangat mempengaruhi program pemerintah dalam mensukseskan ekonomi maritim.
Pertumbuhan ekonomi maritim akan selalu sejalan dan berbanding lurus dengan derajat kesehatan masyarakat suatu negara. Sebut saja Amerika, Jepang, Singapura, Belanda dan beberapa nagara maju lainya sangat konsen dan perhatian untuk meningkatkan kesehatan masyarakatnya. Hal itu terlihat dengan selalu memberikan porsi anggaran kesehatan dengan rentang 7-12 % di luar gaji, dengan fokus utama upaya promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif) untuk sektor publik, peningkatan sumberdaya tenaga kesehatan masyarakat dan perhatian terhadap sistem kesehatan masyarakat yang sudah masuk dan berjalan disemua sektor serta lini sistem pemerintahan suatu negara. Beberapa negara maju menyadari bahwa dengan kesehatan masyarakat yang selalu terjaga dengan prima, maka masyarakat bisa berproduksi secara maksimal dalam memanfaatkan sumber daya baik fikiran maupun alam untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Sejarah menuliskan bahwa tidak sedikit negara yang sangat direpotkan dan dirugikan dengan timbulnya beberapa masalah kesehatan masyarakat, seperti keracunan, kecacatan fisik maupun mental, penyebaran wabah menular maupun tidak menular baik secara langsung, tidak sengaja atau sengaja seperti ancaman teror bom biologi (virus atau bakteri). Sejarah juga mencantumkan bahwa permasalahan kesehatan tersebut banyak bersumber dan menyebar melalui media alam air baik laut atau sungai, manusia, transportasi lalu lintas laut, darat maupun udara. Hingga saat ini masalah kesehatan masyarakat masih menjadi masalah utama dunia yang harus diprioritaskan dan menjadi modal dasar dalam upaya menjaga stabilitas ekonomi, politik, bahkan keamanan. Ancaman kesehatan tersebut bukanlah sesuatu masalah yang tidak dapat terpecahkan atau diantisapasi seminimal mungkin segala resiko yang akan terjadi. Seiring pengembangan imi pengetahuan maka Dunia termasuk Indonesia sudah menyiapkan tenaga yang konsen terhadap masalah kesehatan masyarakat yaitu Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).
Untuk kasus Indonesia, seluruh penerimaan minyak (bagi hasil minyak dan pajak keuntungan perusahaan minyak) yang pada tahun 2012 sebesar Rp 177 triliun habis dibelanjakan, bahkan masih kurang untuk menutup subsidi BBM sebesar Rp 240 triliun. Hal lain yang patut dikagumi dari Timor-Leste adalah kesungguhan pemerintah melindungi rakyatnya dari goncangan eksternal dan internal. Social protection index versi Asian Development Bank, menunjukkan Timor--Leste berada di urutan ke-11, jauh di atas Indonesia yang tercecer di urutan ke-27 dari 35 negara di Asia. Pemerintah Timor-Leste tak menunggu kaya untuk melindungi rakyatnya dari goncangan gelombang globalisasi yang juga merasuki negeri tetangga terdekat kita (Basri,2014).
Disinilah peran dari Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). SKM bekerja pada level masyarakat, bukan hanya individual seperti dokter, perawat, bidan atau tenaga kesehatan lainya. Tujuannya adalah bukan hanya memberikan kepuasan pada pelayanan kesehatan di negara ini, namun juga memberikan kesehatan yang objektif pada masyarakat. Kesehatan masyarakat adalah "tindakan kolektif untuk mempertahankan peningkatan kesehatan pada tingkat populasi" (Beaglehole et al, 2004). Perhatikan bahwa kesehatan masyarakat merupakan suatu tindakan kolektif, sehingga peran seorang SKM dijalankan seperti halnya seorang pengerah massa yang menggerakkan masyarakat untuk mampu bekerjasama dalam meningkatkan kesehatan mereka dan ketika kesehatan tersebut telah meningkat secara berkelanjutan, masyarakat harus mampu mempertahankannya sehingga tidak terjadi penurunan kesehatan di masa datang pada setiap individu anggota masyarakat tersebut (Iswanto, 2013).
Ilmu kesehatan masyarakat merupakan kombinasi dari ilmu pengetahuan, keterampilan, moral dan etika, yang diarahkan pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan semua orang, memperpanjang hidup melalui tindakan kolektif, atau tindakan sosial, untuk mencegah penyakit dan memenuhi kebutuhan menyeluruh dalam kesehatan, dengan menggunakan strategi pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri. Kita telah banyak tahu tentang apa saja patogen yang menjadi penyebab suatu penyakit, apa saja vaksin dan antibiotik yang dibutuhkan, serta bagaimana komponen lingkungan dan interaksi ekologis yang terjadi antara lingkungan, vektor penyakit, dan manusia saling mempengaruhi (Wing, 2007). Seorang SKM adalah tenaga kesehatan masyarakat yang telah dilengkapi dengan senjata pengetahuan yang kuat untuk mengajak & meyakinkan masyarakat tentang hidup pola hidup sehat atau paradigma sehat.
Ada beberapa alasan kenapa SKM merupakan salah satu tenaga yang sangat diperlukan dalam mensukseskan ekonomi maritim. Sebagai contoh, masyarakat Indonesia merupakan penggemar rokok dengan konsumsi 240 miliar rokok per tahun, kelima terbesar di dunia (Van Liemt, 2002; Shafey et al, 2009). Diperkirakan 68,8% pria dewasa dan sekitar 2,6% wanita dewasa di Indonesia adalah perokok (Corrao et al, 2000). Hal ini memberikan ancaman bagi kesehatan masyarakat terutama pada kerusakan paru-paru (Lawrence dan Collin, 2004; Mackay dan Eriksen, 2002; Reynolds, 1999). Kerugian yang ditimbulkan akibat rokok sangat besar. Penelitian yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa Indonesia mengalami kerugian sebesar Rp 500 triliun per tahun (Kompas, 2017). Begitu juga, demam tifoid merupakan penyakit yang relatif sulit dihapuskan, padahal penyakit ini telah hilang di negara-negara maju. 20 ribu orang meninggal setiap tahun di Indonesia disertai dengan kerugian langsung sekitar Rp 600 Miliar dan kerugian karena hilangnya penghasilan sebesar Rp 650 Miliar (Ali, 2006). Kasus kematian karena penyakit kardiovaskuler dan diabetes sebesar 350 orang per 1000 penduduk dan kasus balita di bawah berat normal masih berkisar 18,4% (PBB, 2012). Gambaran tersebut merupakan fakta dan data kerugian ekonomi akibat sebagian kecil dari beberapa masalah kesehatan tersebut, tentu hal tersebut akan menjadi ancaman besar bagi bangsa dan masyarakat yang akan menjadi sumber daya utama penggerak ekonomi maritim. Jika masyarakat tidak terjaga kesehatan masyarakatnya, maka bisa dikatakan program ekonomi maritim yang menyimpan potensi besar untuk kemajuan negara tidak akan tercapai, atau bahkan bukan tidak mungkin akan memakan biaya yang jauh lebih besar jumlahnya untuk mengeluarkan beban biaya perawatan sakit masyarakat, mengurangi masa kerja dan kemampuan sumber daya yang produktif karena berbagai penyakit, dari jumlah peningkatan ekonomi yang didapat oleh suatu negara. Maka disitulah peran SKM untuk menyelamatkan ekonomi melaui sumberdaya bangsa yaitu masyarakat protensial dan produktif.
Sesuai pendidikan dan kompetensinya SKM juga sangat layak menjadi aktor utama dalam menyusun sistem kesehatan masyarakat untuk upaya promotif dan preventif di sektor publik baik di sebuah sistem pemerintahan terkecil seperti desa/kelurahan, kabupaten/kota, provinsi maupun nasional. Selain itu SKM juga disiapkan agar mampu memberikan edukasi, pengaruh dan pendampingan dalam memberdayakan masyarakat untuk selalu dan atau kembali hidup sehat dan meminimalisir terjadinya masalah kesehatan atau sakit yang dapat menjadi ancaman besar bagi kemajuan ekonomi masyarakat.
Karakteristik seorang sarjana kesehatan masyarakat (SKM) merupakan tenaga kesehatan yang lebih multidimensional dengan orientasi yang lebih kepada masyarakat, daripada individu (Joiner dan Joseph, 2007). SKM tidak akan puas dengan kesehatan satu orang individu tetapi pada kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Paradigma yang digunakan SKM adalah paradigma sehat yang berarti mendorong masyarakat menjaga kesehatannya, ketimbang mengobati masyarakat yang telah sakit atau terkena penyakit. Karena orang sehat lebih banyak daripada orang sakit, maka cakupan dari SKM menjadi sangat luas dan karenanya, berperan sangat besar bagi kesehatan masyarakat secara keseluruhan dalam aspek preventif (Iswanto, 2013).
Besarnya jumlah orang sehat juga berimplikasi pada besarnya tanggungjawab yang dimiliki seorang SKM untuk menjadi manuasia yang semakin produktif. Jika sejumlah orang terkena suatu penyakit karena tidak menyadari perilaku hidup yang sehat, SKM semestinya merasa bertanggungjawab atas masalah ini (Weed dan McKeown, 2003) karena hal itu akan menjadi beban ekonomi suatu negara. Walau begitu, tanggungjawab ini tidaklah pantas dipandang sebagai beban. Justru hal tersebut merupakan sebuah bentuk sarana untuk meraih kebahagiaan yang besar bagi seorang SKM. Manusia pada fitrahnya merasa bahagia bukan karena harta, jabatan, kekuasaan, kecantikan, atau kepintaran, namun merasa bahagia ketika merasa dikasihi oleh Tuhan (Diener, Tay, dan Myers, 2011), membantu sesama (Post, 2005), dan memiliki banyak hubungan dengan manusia lainnya (Abdel-Khalek, 2006).
Selain berperan ke dalam masyarakat secara sosial budaya, SKM juga berperan ke luar masyarakat dengan cara politik. Hal ini karena kesehatan masyarakat, pada gilirannya, berhubungan dengan isu-isu seperti ketidaksetaraan sosial, kemiskinan, dan ketidakberdayaan masyarakat (Callahan dan Jennings, 2002). Akar permasalahan dapat berada di titik puncak yaitu pemerintahan atau perilaku masyarakat yang belum berparadigma sehat. Kebijakan-kebijakan tertentu dapat lebih mampu menghapus kesenjangan sosial, kemiskinan, dan ketidakberdayaan ekonomi masyarakat dibandingkan kebijakan lainnya. Kebijakan berdampak pada masyarakat secara lebih luas lagi, dapat pada level daerah hingga negara. Langkah ini pada gilirannya akan memberikan keadilan distributif karena masyarakat yang paling membutuhkan akan memperoleh keuntungan yang paling besar (Rawls, 1971). Atas dasar tersebut paling tidak minimal Perhimpunan Sarjana Kesehatan Masyarakat Indonesia (PERSAKMI) menawarkan rekomendasi dalam upaya mensukseskan ekonomi maritim berbasis kesehatan masyarakat;
- Meningkatkan anggaran kesehatan nasional minimal 5% dari Anggaran Pendapatan Belanja Nasional (APBN) dan minimal 10% dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) di luar gaji pegawai, sesuai Undang Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 sebagai investasi dan modal dasar kesehatan masyarakat.
- Mengupayakan 2/3 dari anggaran kesehatan tersebut untuk upaya promotif dan preventif sektor publik dalam mendukung ekonomi maritim.
- Menguatkan regulasi dalam sistem kesehatan masyarakat nasional maupun daerah dengan menempatkan SKM sebagai salah satu tenaga kesehatan, sumber daya manusia potensial yang mempunyai peran penting dan mendasar disetiap sektor pemerintahan untuk mensukseskan ekonomi maritim berbasis kesehatan masyarakat.