Lihat ke Halaman Asli

Agus Susanto

Guru SMP dan SMK swasta

Menang Kalah, politik Hanyalah Sebuah Kepentingan Semata.

Diperbarui: 29 November 2024   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dunia politik, tak lepas dari menang dan kalah juga sering menimbulkan masalah bagi mereka yang terlibat didalamnya. Bukan hanya bagi para petarung, bagi para pendukung serta simpatisan mereka pasti ingin usungannya menang.

Ada kebanggaan, kepuasan serta kegembiraan bagi para pendukung ketika jagoannya menang. Pesta pora, euforia merayakan kemenangan yang diusungnya dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari mentraktir makan, bernyanyi dan berjoget, berteriak sambil mengejek, mencaci bahkan mengina lawan pendukungnya itu sudah biasa. Padahal itu bisa menimbulkan konflik serta kontak fisik atau kekerasan diantara mereka.

Setelah semua berlalu kondisi akan kembali semula dengan segala permasalahan hidup masing-masing. Maka dari itu, mari sikapi kompetisi ini dengan bijak agar tidak ada yang tersakiti dengan ucapan, dirugikan dengan sikap, perilaku maupun perbuatan lainnya.

Menjadi pendukung salah satu kandidat mungkin bisa menimbulkan kesenangan, kegembiraan, kepuasan dll. Namun perlu diingat bahwa dalam suatu kompetisi, pertarungan, perlombaan, bahkan pemilhan hanya ada dua hal yaitu menang dan kalah. Hanya mengingatkan kepada para petarung atau kontestan supaya menerapkan prinsip yang menang jangan jumawa yang kalah jangan nelangsa. Agar tidak ada kericuhan setelahnya.

Politik merupakan bagian dari kehidupan yang tak terpisahkan, namun pada praktiknya politik seringkali dilakukan dengan menimbulkan konflik, membuat permusuhan bahkan saling serang penuh kebencian. Politik juga menghancurkan tatanan etika, moral dan nilai kemanusiaan serta norma-norma. Khususnya norma agama yang harus dijunjung tinggi sebagaimana yang terjadi saat ini. 

Ternyata politik saat ini hanyalah untuk kepentingan semata. Entah kepentingan pribadi, golongan atau kelompok yang dilakukan dengan menghalalkan berbagai cara. Mungkin ini yang terjadi dalam dunia politik saat ini. Semoga masyarakat yang menjadi pendukung, simpatisan atau militan juga para petarung semakin cerdas, beradab, dan bermoral dalam berpolitik bukan malah sebaliknya.

Agus S. (praktisi pendidikan dan pemerhati politik)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline