Islam datang dengan mendorong terciptanya keluarga dan rumah tangga yang baik. Islam menggambarkan rumah sebagai nikmat dari Alloh SWT yang memberikan wasita agar manusia memiliki komitemen kepada kehidupan rumah tangga, memaklumkan nilai-nilainya dan mendorong terbentuknya.
Suatu ketika shahabat Mu’adz radhiyallahu anhu datang menghadap Nabi SAW seraya berkata, “Berilah aku pesan, wahai Rosululloh !” Beliau bersabda, “Yaa Mu’aadz, Amsik ‘alaika lisaanaka wal yus’ika baituka wal tabki ‘ala khotiiatik.” (Wahai Muadz, tahanlah lisanmu, maka rumahmu akan menjadi lapang, dan menangislah atas kesalahanmu!”.
Dalam hadits diatas terdapat petunjuk mengenai keutamaan memberikan komitmen dalam rumah dan hal itu merupakan bagian dari nikmat Alloh SWT kepada hamba-Nya. “ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar Ruum:21)
Rumah dalam bahasa arab selain disebut dengan “Bait”, di sebut pula dengan kata “sakan” yang artinya ketenangan, karena ia merupakan tempat dimana istri dan anak-anaknya berada. Banyak hadits yang membicarakan ini. Dikatakan oleh Rosululloh SAW, “Yang dapat memberikan faedah bagi seorang mukmin setelah ketaqwaan kepada Alloh SWT adalah istri yang sholihah.” Demikian juga harta yang dinafkahkan keperluan rumah tangga, juga termasuk bentuk jihad fi sabilillah.
Di antara kaidah-kaidah Islam adalah anjuran untuk mencintai rumah dengan cinta yang setulus-tulusnya. Akan tetapi jika menggunakan prinsip ini untuk melihat kehidupan kita, engkau mendapati bhawa kita sebenarnya telah “meninggalkan rumah” kita, beralih ke berbagai panggung hiburan, bioskop, diskotik, dan café-café, sembari menganggap bahwa rumah kita tidak lebih kecuali “penjara”. Sampai di desa-desa pun perilaku ini yang berkembang. Di setiap tempat terdapat café-café dan diskotik yang penuh sesak oleh pengunjung.
Sesungguhnya di tempat-tempat yang saat ini digemari banyak orang seperti panggung hiburan, bioskop, diskotik, dan café-café tidak akan menjadi pelipur lara bagi kekeringan jiwa kita, tetapi yang ada hanyalah pelarian, fikiran negative, bahkan terkadang bisa terjadi pertumpahan darah. Rosululloh SAW selalu pulang kerumahnya dengan membawa sendiri sang cucu yang beliau sayangi yaitu Hasan dan Husain. Suatu ketika Al Aqra’ bin Habis berkunjung ke rumah Umar radhiyallahu anhu dan mendapatinya tengah bercengkerama dengan putra-putranya. Al A’qra lalu berkata, “Apa-apaan ini wahai Umar?” Umar menjawab, “Mereka anak-anak ku. Mereka adalah rahmat.” Al Aqra berkata, “Saya mempunyai 10 anak. Jika saya masuk ke tempat mereka, seketika itu yang berbicara langsung diam dan yang berdiri langsung duduk.” Umar berkata, “Subhanalloh, jika engkau tidak pernah menyayangi anak-anakmu, lalu bagaimana mungkin kamu akan menyayangi orang lain? Kamu jauh dari apa yang kami lakukan.”
Kehidupan rumah menjadi kehidupan yang sangat membahagiakan ketika kita menjauhkan diri dari segala yang dimurkai oleh Alloh SWT. Saya tidaklah mengatakan, “kurunglah dirimu di dalam rumah!.” Akan tetapi di sesuaikan dengan waktu-waktunya. Berikanlah kepada setiap yang memiliki hak itu haknya. Berangkatlah menuju pekerjaanmu dan tunaikanlah dengan sebaik mungkin. Kemudian kembalilah ke rumah dan tunaikan pula hak anggota keluarga kita yang berada di rumah kita
Islam telah menggariskan batas-batas etika berumah tangga, namun justru kita mengabaikannya. Islam mewajibkan kepada kaum laki-laki untuk menjaga dan memeliharanya, sekaligus menjadikan urusan itu sebagai tanggungjawabnya. Islam juga menuntutk kaum lelaki untuk memberikan sandang, pangan, papan, memelihara hak keluarga, serta mengajarkan akhlak dan agama kepada anggota keluarganya.
Ingatlah pesan Alloh SWT di dalam Al Qur’an Surat At Tahrim ayat 6:
“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Rosululloh SAW juga bersabda, “Perintahkanlah anak-anak kalian untukmengerjakan sholat selagi mereka berumur 7 tahun, dan pukullah mereka (ketika tidak mau mengerjakannya) ketika mereka berumur 10 tahun, lalu pisahkan antara mereka dalam hal tempat tidur !”
Lelaki dalam rumah tangga (ayah) juga harus berupaya memelihara perintah-perintah agama secara utuh. Jangan sampai di dalam rumahnya ia berbuat kemungkaran, agar keluarganya pun tercetak menjadi orang-orang yang senang kepada kebaikan. Ayah juga harus mengajarkan adab-adab Islam kepada anggota keluarga yang lain, misalnya adab meminta izin, adab mengucapkan salam, adab memberi penghormatan, adab berpakaian, adab berhias, dan masih banyak lagi adab-adab Islam yang harus diajarkan kepada anggota keluarganya. Ini merupakan kewajiban-kewajiban rumah tangga yang disebut secara global oleh Al Qur’an dan telah diperinci oleh sunnah. Nabi SAW pernah bersabda, “ Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik di antara kalian terhadap keluargaku.”
Kita memohon dan berharap kepada Alloh SWT untuk memberikan taufik dan pentunjuk kepada kita semuanya selaku hamba-Nya supaya bisa mengamalkan itu semua.
Wallahu A’lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H