Menu yang saya sajikan ini sederhana, bahkan mungkin sangat-sangat sederhana sekali. Meski begitu, menu ini pernah menjadi sebuah sajian yang teramat saya syukuri. Bagi sebagian pembaca,
tentu jika dinilai secara rupiah tidak seberapa. Namun saya pribadi mempunyai pengalaman istimewa dengan keduanya.
Saat awal-awal bekerja, saya pernah menjadi seorang anak kos. Sebenarnya jika saya memiliki fasilitas yang memadai kala itu, saya tidak perlu kos. Berhubung jarak dari rumah ke tempat kerja yang begitu jauh, sekitar 30 kilometer; maka kos menjadi pilihan terakhir!
Seperti halnya dengan kisah-kisah anak kos pada umumnya, tentu uang bulanan yang ada akan kita prioritaskan untuk membayar kos. Sisanya baru akan kita manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Jika uang bulanan yang kita miliki jumlahnya memadai, barangkali untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari akan menjadi sesuatu yang mudah untuk dijangkau atau diselenggarakan. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan mereka-mereka yang mempunyai rejeki terbatas. Uang yang tersisa akan dipergunakan sehemat mungkin supaya cukup sampai akhir bulan.
Saya sendiri pernah mengalami rasa lapar dan haus karena terbatasnya jumlah uang yang saya miliki. Meskipun peristiwa tersebut tidak sedang berlangsung di bulan Ramadan, namun puasa yang harus saya jalani mampu mengajarkan saya untuk selalu bersyukur dan berterima kasih.
Sepulang bekerja dan setibanya saya di kos, Ibu pemilik kos kala itu memberi saya 2 bungkus mi instan dan jajanan pasar ala kadarnya. Saat itu saya sekonyong-konyong langsung mandi dan membersihkan badan. Kemudian beranjak ke dapur dan memasak mi instan tersebut dengan hati girang penuh syukur. Memasaknya pun harus menumpang kompor minyak milik Ibu kos.
Meski menu yang saya sajikan ini sederhana, namun tetap saya syukuri karena mengandung kisah yang sanggup membuat saya terharu dan berlinang air mata.
Selamat berbuka puasa untuk Anda semua seraya membaca hamdalah.
Banjarmasin, 17 April 2021