Sebuah kalimat sederhana terpantik di memori ingatan saya pagi ini. Kalimat sederhana itu berbunyi demikian, "Menulislah dan Jangan Mudah Kecewa. Jika Kecewa, Ungkapkanlah dalam Nasihat yang Menghibur!". Ungkapan tersebut jika direnungkan secara mendalam akan memberikan makna yang begitu luas kepada Anda dan saya. Benarkah demikian?
Tentu sudah menjadi rahasia umum bahwasannya segala aktivitas yang kita lakukan akan selalu diikuti rasa "puas" sekaligus kerap dilekati perasaan "kecewa" di dalamnya. Beruntung sekali bila persentase rasa puas itu lebih besar jika dibandingkan rasa kecewa yang singgah di dada. Namun jika yang terjadi sebaliknya, tentu akan menciptakan pertanyaan berikutnya.
Barangkali bunyi pertanyaannya seperti ini, "Mengapa hal itu justru membuat saya kecewa?" atau "Andai saya tahu hal tersebut akan mendatangkan kekecewaan dalam hidup saya, ada baiknya sejak awal saya tidak melakukannya!"
Dalam dunia menulis, sebenarnya kita tidak perlu mengalami rasa kecewa, apalagi kecewa yang berlebihan dan tak beralasan. Barangkali 5 hal di bawah perlu mendapatkan perhatian Anda :
1. Menulis dan Berharap Tidak Kecewa
Ungkapan dalam kalimat pendek di atas sepertinya mudah dijalankan, namun tidak mudah kita jalani secara konsisten. Mengapa? Karena takut "kecewa" adalah salah satu penghalangnya! Harapan agar tidak mengalami kekecewaan usai menyelesaikan sebuah tulisan atau artikel, tentu pernah terbersit di hati setiap penulis di muka bumi ini.
Namun kenyataan tak selalu indah seperti apa yang kita harapkan. Apalagi jika kita sudah merasa menulis dengan sangat baik dan penuh bersemangat; namun mendapatkan sambutan tak seperti ekspektasi kita sebelumnya. Apakah kita memang harus kecewa?
Jika kita tetap memelihara rasa kecewa tersebut, bisa dipastikan bahwa "mood boster" yang bisa mendukung aktivitas menulis kita serta merta akan hilang begitu saja. Hilang tanpa jejak dan seakan sulit untuk menemukannya lagi. Bahkan ada penulis-penulis yang memerlukan waktu cukup panjang untuk meyakinkan dirinya lagi bahwa perjuangannya dalam dunia menulis harus tetap berlanjut. Bila ada orang-orang yang sanggup memotivasi dan mendukungnya secara berkelanjutan; barangkali proses untuk "bangkit kembali" tidak perlu memakan waktu yang lama.
2. Tetap Menulis Meskipun Sering Kecewa
Tetap menulis meskipun sering kecewa, mungkinkah? Tidak mudah mengatasi rasa kecewa yang seolah datang bertubi-tubi dan beruntun. Ibarat pepatah lama yang berbunyi: "Sudah jatuh ditimpa tangga!"
Bagi mereka-mereka yang mampu menyeberangi masa-masa sulit ini dengan tetap menjalani aktivitas menulis setiap hari tak kenal henti; lama kelamaan di dalam dirinya akan terbangun mental juara. Mental juara inilah yang akan tetap menguatkan kita untuk tetap menulis apapun yang terjadi.