"Diobok-obok airnya diobok-obok
ada ikannya kecil-kecil pada mabok
Disemprot-semprot airnya disemprot-semprot
kena mukaku aku jadi mandi lagi,
dingin-dingin dimandiin nanti masuk angin."
Masih ingat dengan penggalan lagu di atas? Lagu berjudul "Air" yang pernah dipopulerkan oleh artis cilik Joshua Suherman tersebut pertama kali dirilis pada tahun 1999. Lagu ciptaan Papa T. Bob itu dikemudian hari malah lebih dikenal dengan judul "Diobok-Obok" daripada judul aslinya.
Tentu kita mengalami saat-saat dimana di awal tahun 2021 lalu suasana di sekitar kita diguyur hujan yang tiba-tiba hadir tak diundang! Fenomena ini jika dilukiskan mungkin senada dengan syair lagu berjudul "Air" di atas.
Konon, hujan yang mengawali tahun baru selalu diidentikkan dengan rejeki nomplok yang akan mengalir di sepanjang tahun. Barangkali tidak semua orang memegang keyakinan ini, namun saya pribadi sangat meyakini kebenarannya!
Biasanya keyakinan ini dipegang oleh saudara-saudari kita yang merayakan Tahun Baru Imlek di setiap tahunnya. Perayaan Tahun Baru Imlek selalu diawali pada hari pertama bulan pertama pada kalender Tionghoa yang baru berakhir saat Hari Raya Cap Go Meh tiba pada tanggal ke-15. Ucapan "Gongxi facai" yang bermakna "Selamat dan semoga banyak rejeki" selalu disampaikan kepada saudara dan handai taulan yang dijumpai.
Berkaitan dengan turunnya hujan sebelum Imlek, ada legenda yang melatarbelakanginya. Seperti dirilis JawaPos.com, dahulu kala menjelang Imlek, biasanya Dewi Kwan Im sedang menanam bunga Meihua. Hal itulah yang menyebabkan hujan turun untuk menyirami bunga-bunga tersebut akan bermekaran saat Imlek tiba. Imlek juga menjadi simbol perubahan musim semi sebagai gambaran tepat untuk merayakan momen tahun baru dengan penuh sukacita.