Lihat ke Halaman Asli

Agus Puguh Santosa

Guru Bahasa Indonesia

[Hari Lahir Pancasila] Pantja Sila yang Menjadi "Jembatan Emas" Semua untuk Semua!

Diperbarui: 1 Juni 2022   06:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bung Karno (Sumber foto: https://frankgo.devianart.com)

Jika Anda pernah membaca secara langsung pidato Bung Karno yang mengawali lahirnya "Pantja Sila", pasti akan terkesima dengan buah pemikiran proklamator kebanggaan kita yang satu ini.

Uraian kalimat-kalimat beliau cerdas, dengan bahasa pidato yang akan menggelorakan jiwa dan semangat nasionalisme di dada kita masing-masing. Dijamin!

Tidak dapat disangkal bahwa Bung Karno adalah salah satu orang yang memiliki kemampuan berpidato yang ulung! Kata demi kata yang disusun begitu berisi dan bermakna, menyiratkan wawasan kebangsaannya yang luas dan mendalam.

Sebagai anak-anak bangsa ini, sudah menjadi kewajiban kita semua untuk mendalami ajaran-ajaran Bung Karno kembali. Mendalaminya bukan sekedar dengan membaca halaman demi halaman terhadap berbagai buku hasil "buah penanya" selama masa sebelum maupun pasca kemerdekaan. 

Namun mendalaminya dalam permenungan yang hikmat, sekaligus untuk menyelami "romantika perjalanan" yang sudah dilalui sebuah kapal besar yang kini dikenal dengan nama masyur "Negara Kesatuan Republik Indonesia" ini."

Zwaarwichtig dan Weltanschauung

Ketika berbicara tentang kemerdekaan suatu bangsa, Bung Karno dalam pidatonya tanggal 1 Juni 1945 yang bertajuk "Lahirnya Pantja Sila", dalam beberapa kesempatan menyampaikan pernyataannya tentang "Indonesia merdeka" kepada seluruh peserta pertemuan yang diselenggarakan oleh Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia/BPUPKI).

Kala itu Bung Karno pernah berujar demikian, "Djikalau umpamanja Balatentara Dai Nippon sekarang menjerahkan urusan negara kepada saudara-saudara, apakah saudara-saudara akan menolak, serta berkata: 'mangke rumiyin', tunggu dulu, minta ini dan itu selesai dulu, baru kita berani menerima urusan negara Indonesia merdeka?"

Para hadiri secara kompak berseru dan menjawab: "Tidak! Tidak!" Ungkapan yang menyiratkan bahwa kerinduan untuk mengalami atmosfir "Indonesia merdeka", menjadi kerinduan semua anak bangsa yang tidak dapat ditunda lagi untuk waktu yang terlampau lama.

Dalam pemaparannya, Bung Karno dengan lugas mengkritik sebagian tokoh pada masa itu yang terlalu "zwaarwichtig" (gentar) karena mempermasalahan segala persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu secara njelimet (mendetail sampai ke hal-hal yang sekecil-kecilnya) untuk tujuan kemerdekaan Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline