"Anakmu penerusmu. Rawat dan didik dengan sepenuh hati. Karena mereka yang akan meneruskan sejarahmu!"
Sebuah pesan dari seorang kakek. Yang terdengar hingga kini. Sudah setengah abad lebih kata bijak itu diteruskan dari leluhurnya.
Ini muncul bermula dari sebuah keluarga yang baik. Jelas asal muasal nasab keturunannya. Sehingga bisa dilacak keberadaan dari mana keluarga itu berasal.
Maka tak heran kala membangun rumah tangga pilih bibit, bobot dan bebet. Kualitas bibitnya, kualitas kekuatannya dan kualitas tampilan.
Kaitan itu nantinya hingga punya anak turun berupa anak.
Ada amanah berupa merawat dengan kasih sayang ibu. Anak itu kala lahir awal mula telah dikumandangkan azan. Dan peluk sayang dari ibunda. Baru ia akan menerima asupan ASI.
Tak heran dari awal sudah terjalin ikatan hati. Begitu kuatnya.
Melihat saat ini bahwa kita adalah produk dari generasi pendahulu yang diasuh dengan penuh kasih. Peran utama dari sosok ibu. Beliau adalah sosok yang menjadi empu. Membentuk dan menempa kepribadian anak turun yang layaknya pusaka.
Dan hasilnya sebuah perilaku yang tercermin dalam keseharian ini.
Karya dan hasil empu dari seorang ibu itulah yang kini dan akan datang menjadi pewarna nuansa kehidupan.
Akan maju dan kuatnya sebuah peradaban yang kita idamkan selama ini.