Seorang atlet yang siap bertanding sering kali menghindari karbohidrat dan gula sebelum pertandingan besar. Sebaliknya, mereka lebih memilih asupan protein yang tinggi seperti daging, ikan, ayam, dan telur.
Mungkin Anda bertanya-tanya, mengapa? Bukankah karbohidrat yang sering dianggap sebagai bahan bakar utama tubuh justru penting untuk performa fisik?
Sebenarnya, atlet profesional memiliki alasan yang kuat mengapa mereka memilih strategi diet ini. Lebih penting lagi, kita juga bisa belajar dari pola makan mereka, terutama jika tujuan kita adalah meningkatkan kesehatan dan performa tubuh.
Mengapa Atlet Memilih Protein Sebelum Bertanding?
Sebelum masuk ke detail tentang pola makan atlet, penting untuk memahami peran karbohidrat dan gula dalam tubuh. Karbohidrat dan gula, setelah dicerna, diubah menjadi glukosa, yang merupakan sumber energi cepat bagi tubuh.
Atlet, terutama yang melakukan aktivitas fisik intensif seperti angkat beban, lari jarak jauh, atau olahraga tim, membutuhkan energi cepat ini untuk mendukung performa mereka.
Namun, pada saat yang sama, karbohidrat memiliki kelemahan---lonjakan energi yang cepat ini sering kali diikuti oleh penurunan energi yang sama cepatnya. Ketika kadar gula darah turun drastis, tubuh mengalami apa yang disebut dengan "crash," di mana performa menurun, tubuh terasa lemas, dan konsentrasi berkurang.
Ini bukan situasi yang ideal bagi atlet yang memerlukan energi stabil sepanjang pertandingan atau latihan yang panjang.
Sebaliknya, protein memberikan energi yang lebih lambat dan stabil. Makanan tinggi protein tidak menyebabkan lonjakan gula darah yang drastis, sehingga membantu menjaga kadar energi tetap konsisten. Protein juga penting untuk perbaikan dan pemeliharaan jaringan otot, yang sangat vital bagi atlet yang berlatih dengan intensitas tinggi.
Proses Detoksifikasi dari Karbohidrat dan Gula: Kunci Performa Maksimal
Selain memberikan energi yang stabil, menghindari karbohidrat dan gula sebelum pertandingan memiliki efek detoksifikasi. Ketika tubuh diberikan "libur" dari konsumsi karbohidrat dan gula, ia dipaksa untuk mengandalkan lemak dan protein sebagai sumber energi.
Proses ini, yang dikenal sebagai ketosis atau gluconeogenesis, mengharuskan tubuh memecah lemak dan protein untuk menghasilkan glukosa yang dibutuhkan.