Sebelum penobatan Pemimpin di negara yang sebentar lagi akan memilih pemimpinnya, Sang Brahmana menyarankan agar calon pemimpin mengadakan sesaji Presiden Suya, yaitu sesaji yang hampir sama dengan sesaji Raja suya dan sesaji Aswameda.
Sesaji Aswameda adalah tradisi melepas kuda yang diiringi prajurit kerajaan, dan wilayah sepanjang jalan yang dilalui kuda tersebut harus bergabung dalam kekuasaan sang pembuat sesaji. Sedangkan sesaji Raja Suya tidak perlu melepas kuda, hanya prajurit saja.
Konon, di Negara tersebut, Puntadewa mendengar kabar bahwa Jalasandra akan mengadakan sesaji Kala Rodra. Sesaji Kala Rodra merupakan sesaji pengkhianatan terhadap saran sesaji Presiden Suya yang penuh damai, sementara sesaji Kala Rodra penuh dengan pertumpahan darah.
Sesaji Kala Rodra adalah menaklukkan 100 pemimpin dan pemimpin yang sudah takluk itu nantinya akan dipenggal kepalanya untuk dipersembahkan kepada Batara Kala sebagai sesaji Kala Rodra.
Jalasandra kabarnya telah menawan 97 pemimpin dan tinggal 3 lagi yaitu Puntadewa, Baladewa dan Kresna. Mendengar hal ini maka Puntadewa mendeklarasikan terlebih dulu tentang sesaji Presiden Suya agar Jalasandra dan kroninya bingung dan berharap bahwa sesaji Kala Rodra yang disembunyikannya terkuak. Tidak banyak yang tahu bahwa sebenarnya Jalasandra akan menggunakan sesaji Kala Rodra apabila memimpin nantinya karena kampanye yang digunakan adalah Presiden Suya seperti yang sudah disarankan para Brahmana.
Puntadewa sudah tahu bahwa ia akan mengalami maju kena dan mundur kena. Apabila ia mendeklarasikan sesaji Presiden Suya maka ia akan dikatakan memperalat Brahmana sedangkan apabila ia mengurungkan sesaji Presiden Suya maka ia akan dikatakan membenci Brahmana.
Para Pandawa yang merupakan koalisi Puntadewa akhirnya mempunyai niat untuk membebaskan 97 pemimpin yang ditawan oleh Jalasandra.
Pihak Jalasandra yang akhirnya mendengar bahwa tawanannya akan dibebaskan oleh Puntadewa menjadi marah dan menantang pihak Puntadewa untuk berperang.
Para Pandawa menyadari bahwa apabila peperangan dilaksanakan maka yang rugi adalah masyarakat.
Untuk membungkam Jalasandara maka Werkudara turun tangan sendiri dengan menghantamkan senjata gada 'rujakpolo' ke tubuh Jalasandra. Namun karena Jalasandra sudah terlatih dalam latihan-latihan militer sejak kecil maka ia dapat mengatasi kesaktian gada 'rujakpolo'.
Werkudara mundur sejenak dan meminta nasehat Kresna. Oleh Kresna diberitahu bahwa untuk mengalahkan Jalasandra maka ia harus dibelah tubuhnya seperti kelahirannya. Setelah itu Werkudara maju kembali dan berupaya memegang kedua kaki Jalasandra agar dapat dibelah tubuhnya. Jalasandra akhirnya dapat ditaklukkan oleh tangan Werkudara.