Lihat ke Halaman Asli

Terima Kasih Buat Hari Ini

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setengah jam sudah waktu berlalu. Tepat pukul 9.30 WIB kegiatan ini kami mulai di markas besar kami. Serutan nanas telah dicampur dengan sirup, spr*te, es batu dan air mineral. Semua peralatan telah disiapkan mulai dari nampan, sedotan, dan cup plastik. Kami melangkahkan kaki dengan penuh semangat meninggalkan markas kami dengan harapan mendapatkan untung yang banyak.

Akhirnya dengan penuh perjuangan menaiki sepeda motor yang lumayan memacu adrenalin, kami sampai di tempat tujuan kami yang konon katanya salah satu bangunan tertua di kampus itu. Ya, namanya adalah Gelanggang Mahasiswa USU tempat dimana diadakan pelaporan ulang bagi mahasiswa baru 2012. Terlihat wajah-wajah polos dari mahasiswa baru yang menumpuk di berbagai sudut. Dagangan kami gelar. Setiap cup mulai diisi dengan cairan yang sudah kami racik plus ditambah potongan sunkist agar keliatan lebih segar. Fruit punch, begitulah orangmenyebutnya. Kepanitiaan Seminar yang kami ikuti memaksa kami melakukan kegiatan ini untuk mencapai dana yang diperlukan.

Well, setiap cup udah terisi, saatnya menjajakannya dengan muka polos, penuh senyum dan sedikit memelas. Haha. Setiap orang didekati dan ditawari minuman yang kami bawa. Ada yang menyambut dengan positif dan ada juga yang cuek (banyakan yang cuek sih).

"Kak beli fruit punchnya dong. Seger lho, dibuat pake hati"  begitulah kata-kata yang sering keluar dari mulut kami demi merayu sang calon pembeli. "Maaf dek baru minum tadi", "aduh gak bisa minum es nih", "ini udah beli minuman lho, masa beli minuman lagi". Itulah sekelumit kalimat yang sering muncul dari para calon pembeli. Tapi terrnyata Tuhan itu baik. Ia tetap memberikan kami pembeli, walaupun sebenarnya cuaca saat itu tidak mendukung, bahkan ada yang hanya membayar tapi tidak mengambil minumannya (wow, muka memelas ini mulai memberikan efek. Haha).

Jam terus berlalu, sementara dagangan kami belum habis terjual. Kami mengambil inisiatif untuk berjalan lebih jauh sambil menenteng minuman yang kami jual. Hasilnya??  jrenggg!! hanya satu cup yang terjual. Padahal kami udah jalan lumayan jauh dari tempat semula, meninggalkan teman yang lainnya yang bertugas menjaga barang dagangan. Otak mulai berpikir keras bagaimana agar dagangan yang sedikit ini ludes terjual. Akhirnya kami berjalan lagi mendekati setiap orang yang lewat dan bahkan yang lewat dengan kendaraan juga kami tawarkan.

Tak lama setelah itu, aku mulai terpikir kok tiba-tiba aku mau jualan seperti ini?? Kok tidak malu lagi melakukan hal seperti ini?? dimana sifat "jaim" itu??

Hitung sana, hitung sini. Setelah dijumlahkan pendapatan hari itu adalah 221ribu sedangkan modalnya adalah  101ribu. Haa!!?? berarti hanya untung 120rb?? setelah lelah berjam-jam hanya untung sedemikian?? astaga..

Rasa terkejut ini muncul tiba-tiba tatkala melihat keuntungan pada saat itu. Inginnya rasanya menangis karena menurutku hasil yang didapat seakan tidak sebanding dengan lelah yang telah dikeluarkan. Lalu aku berpikir ternyata begini sulitnya mencari uang. Gaya hidupku selama ini yang cenderung konsumtif dan berfoya-foya seakan dikikis habis tatkala mengingat kembali perjuangan hari ini. Kehidupanku sebagai mahasiswa yang boros menyadarkanku bahwa kehidupan ini sulit. Aku tersadar ternyata aku masih sangat tergantung pada pemberian orang tua. Belum ada satu halpun yang kudapatkan dengan cara mandiri. Aku sering berpikir bahwa aku dapat memiliki sesuatu yang lebihJangan pernah berharap lebih tanpa usaha yang lebih juga. Aku berpikir akan mendapat keuntungan yang banyak hari ini, tapi usaha yang kami lakukan masih tergolong usaha yang biasa saja. Hari ini telah memberikanku banyak pengalaman berharga. Bagaimana menghadapi orang, berinteraksi dengan orang, bekerja keras, dan lainnya. Aku baru sadar ternyata kehidupanku selama ini salah. Aku juga berterimakasih kepada perkumpulan yang aku ikuti, yang telah memberikanku kesempatan untuk menjadi ketua panitia seminar. Disini aku belajar banyak hal yang belum pernah kutemukan sebelumnya. Dunia mahasiswa memang penuh warna ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline