Lihat ke Halaman Asli

Agung Wasita

pegawai swasta

Waspadai Bajing Loncat Demokrasi

Diperbarui: 12 Januari 2023   21:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com

 

 

Era reformasi memang membawa orang berbahagia dan seakan lepas dari beban. Betapa tidak, karena selama hampir 32 tahun bangsa Indonesia ada dalam era Orde Baru yang sangat represif. Bahkan dalam berpendapatpun, kita mengalami kesulitan.

Reformasi memang mengubah banyak hal. Orang bisa dengan lepas mengkritik pihak lain, bahkan pemerintah yang notabene tidak mungkin terjadi pada masa lalu. Begitu pula dengan media massa yang lepas dari ancaman dibreidel, jika media mereka berpendapat berbeda dengan negara. Apalagi kemajuan teknologi yang membuat orang dengan bebas bersuara melalui berbagai platform.

Atas nama demokrasi dan reformasi orang dengan bebas berpendapat dan berekspresi. Pada satu sisi kebebasan berpendapat itu memang membawa hal positif dimana orang bisa memberikan pendapat termasuk pendapat yang positif dan membangun.

Namun ada hal yang memang merusak demokrasi itu sendiri yaitu pendapat negative dan tidak membangun, malah merusak cita demokrasi bahkan Indonesia itu sendiri. Kita mungkin ingat seorang wanita yang ditangkap oleh aparat di sekitar Istana tahun lalu. Wanita itu menerobos pembatas jalan dan berniat ingin bertemu dengan Presiden RI, karena menurutnya Indonesia seharusnya berideologi khilafah dan bukan Pancasila. Pancasila menurutnya tidak mencerminkan Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Wanita itu akhirnya ditangkap dan dimintai keterangan.

Ada pula seorang pemimpin redaksi pada saat wawancara dengan Presiden, menilai bahwa kebebasan berpendapat kita terhambat. Hal itu langsung ditepis oleh Presiden Joko Widodo. Menurutnya kebebasan berpendapat dan demokrasi di Indonesia sudah sangat maju, bahkan terlalu maju, terbukti dari media sosial yang seringkali mengata-ngatai presiden atau menghujat kebijakan presiden. Bahkan narasi-narasi menghujat itu sering menyelipkan faham transnasional sebagai "tawaran solutif" dari beberapa pihak. Tak sedikit yang "termakan" narasi itu sehingga ya ada wanita penerobos istana sampai pada para simpatisan ISIS Indonesia berangkat ke Suriah tanpa sadar bahwa itawaran soliutif itu sangat menyesatkan.  

Dari berbagai peristiwa itu, sebenarnya kita harus sadar bahwa seringkali ada yang menunggangi demokrasi kita. Itu semacam bajing loncat bagi cita-cita luhur demokrasi Indonesia. Bajing loncat itu sering mempermainkan emosi kita dan membuat seakan alasannya kuat untuk diikuti. Karena itu kita harus waspada.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline