Lihat ke Halaman Asli

Agung Wasita

pegawai swasta

Hoaks dan Toleransi Bangsa

Diperbarui: 12 Juli 2019   16:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: terjitu.com 

Beberapa  hari lalu kita melihat persidangan untuk kasus penyebaran hoaks dan berita bohong yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet. Dalam akhir persidangan itu, majelis hakim menjatuhkan vonis selama dua tahun penjara untuk ibu Atiqah Hasiolan itu.

Dalam rangkaian pembacaan vonisnya, hakim menilai bahwa Ratna secara sah dan meyakinkan ucapannya menjadi pemantik bagi keonaran menjelang Pilpres. Hakim mengatakan bahwa Ratna berhasil mempropaganda para elite Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Sandiaga. Atas propaganda itu akhirnya tim Capres Prabowo Sandi bereaksi keras terhadap  aparat kepolisian karena dianggap tidak bisa melindungi warga yang terancam kelompok tertentu. Atas kelalaian aparat polisi itu tim pemenangan mereka mengatakan bahwa Ratna menjadi lebam-lebam dstnya.

Padahal peristiwa pemukulan itu adalah kebohongan yang dilakukan oleh Ratna yang awalnya sebagai alasan bagi keluarganya atas lebam dan luka yang diseritanya. Tapi kemudian tersebar dan tidak segera mengklarifikasi bahwa hal itu tidak benar. Sampai pada akhirnya tim Capres melakukan konferensi pers atas itu.

Kita tahu bersama bahwa berita bohong sering kita terima serta sering juga kita buat dan tersebar di masyarakat. Kita tahu teknologi sudah sedemikian maju sehingga hoax dan berita bohong itu menggelinding bagai bola salju. Tak jarang membesar dan semakin besar sehingga banyak orang 'termakan' berita bohong itu. Seperti halnya BPN yang termakan hoax yang diproduksi oleh Ratna Sarumpaet. Hasil hoax yang menggelinding itu tak main-main karena menyebabkan keonaran, salah presepsi, umpatan, cacian sampai pada ancaman perpecahan bangsa.

Tentu saja kondisi itu kita inginkan karena jauh dari situasi ideal yang dibutuhkan oleh sebuah bangsa yang direkatkan dari keberagaman banyak hal. Teknologi juga sering menjadi alat pemercepat pemecah bangsa. Selain itu, perbedaan menjadi lebih dominan dibanding tanpa teknologi dan media sosial. Sehingga resiko pemecahn bangsa lebih banyak dan besar.

Bisa jadi peristiwa Ratna Sarumpaet adalah puncak gunung es bagi hal-hal yang menyangkut  kehidupan toleransi di Indonesia. Indonesia yang dibangun atas dasar perbedaan budaya adat dan georafis dan disatukan dengan satu dasar kuat bernama Pancasila. Pancasila sudah terbukti mampu menjembatani banyak perbedaan dan keberagaman di Indonesia.

Karena itu seharusnya kita selalu ingat perjalanan dan dasar negara kita sebelum berujar hal-hal yang menyesatkan atau bisa membuat presepsi seseorang salah terhadap sesuatu. Kita juga harus selalu ingat akan maksa dan visi Pancasila sebelum kita berujar hal yang bisa melukai orang lain. Kita harus selalu ingat soal toleransi sehingga kita bisa terhindar dari berbagai kesulitan dan bahaya perpecahan bangsa.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline