Benarkah peristiwa Isra' Mi'raj terjadi seperti yang diyakini oleh kalangan umat Islam? Bagaimana mungkin Nabi Muhammad naik ke langit hanya ditempuh dalam rentang waktu satu malam kemudian kembali lagi ke bumi pada malam itu juga?. Demikian argumen kalangan orientalis yang meragukan peristiwa penting dan bersejarah ini.
Dalam kalangan umat Islam ada dua upacara keagamaan yang selalu dirayakan oleh umat Islam, yakni peringatan Maulid Nabi Muhammad saw (Kelahiran Nabi Muhammad) dan Isra' Mi'raj. Upacara keagamaan ini merupakan peristiwa penting dan mempunyai kedudukan istimewa bagi kalangan umat Islam. Peristiwa ini banyak mengandung hikmah yang kemudian dapat di implementasikan dalam kehidupan umat Islam sehari-hari.
Dari dua upacara keagamaan diatas, penulis akan menulis peristiwa Isra' dan Mi'raj secara ringkas dari sudut pandang teologi Islam untuk menjawab argumen-argumen orientalis yang meragukan adanya peristiwa bersejarah ini yang telah diabadikan dalam Q.S Al-Isra' ayat 1): "Maha Suci Allah yang telah menjalankan hambanya pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami memperlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami".
Peristiwa bersejarah ini terjadi pada malam 27 Rajab tahun 612 M. Rasulullah melakukan perjalanan malam (Isra') bertolak dari Masjid Haram menuju Masjid Aqsha berkendaraan dengan buraq yang kecepatannnya seperti kilat.
Perjalanan tersebut dituntun oleh Jibril melalui lautan pasir yang luas. Lalu Rasulullah melakukan Mi'raj yang bertitik tolak dari Masjid Aqsha menuju Sidrat al-Muntaha menghadap Allah seru sekalian alam.
Menerangkan bagaimana dapat terjadi bahwa Nabi Muhammad SAW bertemu dengan para Nabi, sejak Nabi Adam sampai Nabi Isa as bahkan tentang bagaimana seluruh peristiwa perjalanan suci Isra' dan Mi'raj itu terjadi, tentulah merupakan rahasia Allah, menjadi bagian dari perkara gaib yang kita harus beriman kepadanya.
Sementara itu, para ahli tafsir menuturkan tentang adanya pebedaan pendapat dikalangan umat Islam, apakah Nabi Muhammad saw mengalami peristiwa Isra' dan Mi'raj itu secara ruhani-jasmani ataukah ruhani saja. Sebagian besar riwayat mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw melakukan perjalanan suci itu secara ruhani-jasmani sekaligus.
Lain halnya penjelasan Nurchalis Madjid seorang pemikir Islam dari Indonesia yang banyak memberikan kontribusi terhadap peradaban kemajuan Islam khususnya di Indonesia . Disebutkan bahwa ada beberapa riwayat, seperti Aisyah, Muawiyah dan al-Hasan (ibn Ali ibn Abi Thalib), sebagaimana dikutip oleh al-Zamakhsyari dalam kitab tafsirnya, al-Kasysyaf bahwa Isra' dan Mi'raj itu dialami Nabi secara ruhani saja.
Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, yang perlu kita garis bawahi adalah bahwa keduanya tetap membenarkan peristiwa Isra' Mi'raj. Dan yang lebih penting lagi adalah bagaimana kita bisa mengambil setiap hikmah dari kejadian suci ini. Mulai dari hijrah, menaiki alam yang lebih agung, perintah shalat.
Sehingga maknanya harus implementatif. Seperti halnya bagaimana hubungan spiritual kita dengan Tuhan dan memperkuat relasi sosial bagi bangsa kita. Sehingga kita tak hanya memperingati Isra' Mi'raj sebatas ceremonial dan sempit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H