Lihat ke Halaman Asli

Telisik Data

TERVERIFIKASI

write like nobody will rate you

Zona Merah Kudus dan Bayang-bayang Lonjakan Covid-19 Gelombang Kedua

Diperbarui: 3 Juni 2021   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Antrean pasien di depan IGD RSUD Kudus, 2/6/2021 (Antara Foto/ Yusuf Nugroho).

Syaiful Anas, RSUD Kudus (detik.com, 3/6/2021):

"Kita kewalahan, ngurus RSU, Mardi Rahayu, RSI kita kewalahan. Padahal setahun lalu sudah ada pelatihan, kenapa tidak dijalankan."

Sesuai perkiraan, kira-kira 2 minggu setelah lebaran kasus Covid-19 akan melonjak. Kemungkinan terjadi lonjakan kasus gelombang kedua bisa terjadiJanuari lalu angka penambahan kasus harian pernah mencapai belasan ribu. Salah satu faktornya yaitu libur akhir tahun.

Salah satu daerah zona merah yaitu Kabupaten Kudus, Jateng, cukup menyita perhatian media. Tercatat korban meninggal mencapai 32 dan dalam satu hari sampai 12. Hal itu merepotkan petugas pemulasaraan jenazah karena dari bantuan tenaga dari desa-desa belum muncul.

Pukulan lain mengenai dukungan ketersediaan SDM  tenaga kesehatan. Kasus positif menimpa juga sejumlah nakes. Menurut pihak RSUD Kudus saat ini dibutuhkan 400 nakes dan 60 dokter untuk membendung lonjakan  pasien corona. Tercatat 189 nakes positif terpapar dan 1 meninggal.

Terkait keluhan kurangnya tenaga pemulasaraan jenazah, sangat disayangkan hal itu bisa terjadi. Selain karena sudah ada pelatihan --tetapi belum ada penerapannya-- , keterlambatan prosesi pengurusan itu menyebabkan  terhambatnya penguburan jenazah. Sampai ada waiting list segala.

Pihak Pemda dan Satgas Covid-19 Kudus harus cepat bertindak; mencegah atau meminimalisir penyebaran, dan menangani  pasien baru. Sementara itu kota-kota lain yang berada di lingkungan aglomerasi Kudus juga perlu siaga.

Secara nasional, pada tahun 2021 ini jumlah kasus Covid-19 sudah jauh melampaui angka akumulasi tahun 2020. Jumlah korban meninggal akhir tahun lalu ada 22.000-an sementara saat ini angkanya mendekati 51.000. Total kasus positif 1,8 juta.

Kudus --secara umum Jawa Tengah-- hanyalah satu potret lonjakan kasus yang terjadi. Menurut catatan kompas.com, 4 provinsi lain mengalami lonjakan tertinggi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Riau, dan Kepulauan Riau.

Pemerintah pusat perlu jeli mengamati perubahan sekecil apa pun  meski antisipasi berbagai hal sudah berjalan. Beberapa hari lalu sudah datang bulk vaksin --bahan baku-- untuk 8 juta dosis. Total semuanya hampir 92 juta dosis.

Tidak hanya vaksin, produksi oksigen juga ditingkatkan agar sewaktu-waktu siap didistribusikan ke RS yang perlu. Belajar dari tsunami kasus di India yang menyebabkan kelangkaan pasokan oksigen, kemandirian produksi oksigen sangat penting agar penanganan pasien tidak terbengkalai.

Agusdini Banun, Kemenkes (detik.com, 29/5/2021):

"Tapi alhamdulilah Indonesia bulan Juli ini akan ada remdesivir buatan anak bangsa sendiri dan segera mendapatkan emergency use authorization dari Badan POM. Kemudian Favipiravir juga sudah buatan Indonesia."

Swasembada vaksin, obat, dan sarana penunjang lain itu sangat mendesak. Ketika pandemi meluas hingga ke pedalaman, India menghentikan ekspor obat dan vaksin demi memenuhi kebutuhan sendiri yang bahkan sampai  memerlukan bantuan internasional. Akibatnya terjadi kelangkaan global yang dampaknya menimpa Indonesia juga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline