Formasi kandidat capres 2024 tampaknya akan kian dinamis. Lama tak ada kabar akhirnya Puan Maharani bicara juga soal Pilpres 2024. Sayangnya, kemunculan salah satu kandidat capres sekaligus pewaris kepemimpinan PDIP ini diikuti kabar tak sedap. Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, yang juga kader PDIP ternyata tak diundang dalam acara pengarahan yang diselenggarakan di Semarang, ibu kota Jateng.
"Tamu tatap muka: 100 orang. (terdiri dari) DPR RI Jateng, DPD Jateng, DPRD Prop Jateng, kepala daerah & wakil kader se Jateng (kecuali gubernur)."
Soal kriteria capres menurut Puan adalah sosok yang hadir di lapangan bersama rakyat, bukan di medsos. Sementara itu Ketua Badan Pemenangan Pemilu Bambang "Pacul" Wuryanto mengatakan bahwa kandidat capres yang akan diusung PDIP harus memiliki 3 syarat selain rekam jejak atau track record. Tiga syarat tersebut menurut Bambang Pacul yaitu: karakter, kompetensi, dan kapasitas.
Tentang Ganjar Pranowo, Bambang tidak menghubungkan soal 3 syarat ini apakah sudah terpenuhi oleh Ganjar ataukah Puan. Akan tetapi menyangkut acara di Panti Marhaen di mana Ganjar tidak diundang, Bambang mengatakan secara lugas bahwa Gubernur Jateng itu sudah melewati batas. Dirinya mengaku sudah memberi isyarat nemun tidak digubris oleh gubernur.
Dosa politik Ganjar yang dikatakan Bambang Pacul adalah ambisinya untuk maju Pilpres 2024. Secara terbuka memang Ganjar Pranowo tidak pernah mengatakan atau menyinggung soal niat untuk maju kompetisi RI 01. Namun Bambang membaca bahwa Ganjar arahnya sudah ke sana.
Bambang Pacul, Bapilu PDIP (detik.com, 23/5/2021):
"Kalau dia menjawab, 'saya kan tidak mengatakan mau nyapres', ya kalau bicaranya pada tingkat ranting partai, ya silakan. Tapi kalau dengan orang politik, ya pasti sudah paham arahnya ke mana."
Jika kecenderungan mainstream struktural PDIP lebih cenderung mengajukan Puan Maharani sebagai capres sebetulnya sah-sah saja. Bahkan secara normal politik memang PDIP harus seperti itu. Namun demikian kenyataan di lapangan popularitas Ganjar Pranowo saat ini ternyata lebih tinggi dibanding Puan.
Survei top of mind ARSC (Akar Rumput Strategic Consulting) memperoleh data bahwa elektabilitas Ganjar Pranowo berada di tiga besar di bawah Anies Baswedan dan Prabowo Subianto. Suara responden yang diperoleh Ganjar sebesar 11,25 %, sementara gubernur Anies mendapat 17,01%, dan Menhan Prabowo 14,31% (kompas.com, 23/5/2021).
Dalam survei yang diselenggarakan lembaga lain posisi Ganjar tidak jauh di kisaran 3 besar itu, di antara Anies Baswedan dan Prabowo dengan variasi angka yang saling mengungguli.
Elektabilitas Puan Maharani harus jujur diakui saat ini masih jauh dari top of mind publik. Sepertinya masih belum masuk radar imajinasi pemilih sebagai kandidat capres yang layak digaungkan.
Masih menurut ARSC, perolehan elektabilitas putri Megawati ini masih 2,48%. Sementara di antara pesaingnya sesama figur perempuan, cucu Bung Karno tersebut hanya sanggup berada di peringkat 5 (4,01%) setelah Susi Pudjiastuti (24,21%), Tri Rismaharani (17,66%), Khofifah Indar Parawansa (11,07%), dan Sri Mulyani (10%).
Persaingan sesama kader PDIP antara Puan dengan Ganjar ini bukan merupakan sinyal lagi tetapi sudah terpapar ke publik secara terbuka. Menanggapi hal itu respon netizen pada umumnya lebih berpihak kepada Ganjar Pranowo. Beberapa bahkan mengajukan opsi kemungkinan pembajakan kandidat jika PDIP tidak mengakomodasi suara pemilih. Salah satu yang mengatakannya yaitu Denny Siregar.
Jika melihat ke belakang proses pencalonan kader PDIP yang saat ini terpilih jadi presiden yaitu Jokowi, satu kesamaannya adalah dukungan dari pemilih umum non-partai. PDIP ketika itu tentu akan lebih memilih mengajukan ketumnya jika suara publik yang mendukung Jokowi tidak menguat. Akhirnya PDIP kemudian mengikuti dan ternyata suara dukungan publik itu bukan pepesan kosong.