Lihat ke Halaman Asli

Telisik Data

TERVERIFIKASI

write like nobody will rate you

Pilgub DKI 2022, Mimpi Anies Dua Periode Bisa Dikandaskan Risma-Ariza

Diperbarui: 30 Januari 2021   18:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mensos Risma blusukan di kolong tol Pluit, 30/ 12/ 2020 (Foto: Antara).

Kerjasama PDIP-Gerindra pernah sukses mengantarkan Jokowi-Ahok memenangkan Pilgub DKI. Jika formasi tersebut diulang guna menghadapi pilkada 2022, peluang keberhasilannya diyakini cukup tinggi.

Pengamat politik M Qodari membaca arah politik itu. Qodari mengatakan pada wartaekonomi.co.id bahwa Mensos Tri Rismaharani mewakili PDIP cocok jika dipasang dengan Ahmad Riza Patria. Prestasi Risma sebagai mantan Walikota Surabaya sangat meyakinkan sementara Ariza yang saat ini menjabat wakil gubernur punya modal sebagai petahana.

Anies Baswedan di sisi lain diprediksi pecah kongsi dengan Ariza tetapi tetap maju untuk periode kedua berpasangan dengan Agus Yudhoyono. PKS dapat mengusung kembali Anies memperpanjang status petahananya melalui kerjasama strategis dengan Partai Demokrat.

M Qodari, Direktur Indo Barometer (29/ 01/ 2021):

"Kita tahu hubungan PDIP dengan Partai Gerindra sangat erat, sebagaimana tercermin dari gestur politik dari Ibu Mega dan Pak Prabowo. Karena itulah, kemudian saya melihat kalau ada Pilkada Jakarta 2022, kecenderungan koalisi di antara keduanya sangat besar."

Secara hitungan politik nasional persekutuan PDIP-Gerindra tentu memproyeksikan rencana strategis menghadapi Pemilu 2024. Jakarta sebagai kiblat politik Indonesia terlalu penting untuk dilewatkan. Kontribusinya lumayan signifikan karena merupakan lumbung suara dan kekuatan persepsinya yang dapat mempengaruhi peta politik di daerah.

Dalam Pilpres 2019 kemarin Jokowi-Maruf memang menang di Jakarta, tetapi secara perolehan suara kemenangan tersebut kurang memuaskan. Suara Jokowi turun dari 53% pada tahun 2014 jadi cuma 51%, sementara lawan yang sama yaitu Prabowo meningkat dari 46% menjadi 48%.

Penurunan tersebut takkan dibiarkan PDIP, suara Jakarta harus dikuasai sehingga kontribusinya dalam Pemilu nasional dapat dioptimalkan. Sebaliknya, jika Anies yang menang kembali --berpasangan dengan siapa pun-- maka oposisi akan menguat dan lebih percaya diri menghadapi Pilpres 2024.

Dalam Pilgub DKI 2017 PDIP yang menjagokan BTP-Djarot kalah mengenaskan. Sukses pada putaran pertama tetapi berbalik menjadi kekalahan saat putaran kedua. Penyebabnya macam-macam, selain merebaknya politik identitas yang mendiskreditkan Ahok BTP sebagai penista agama juga karena dugaan kuat tumpahnya suara AHY ke kubu Anies-Sandi. Walhasil PDIP harus rela gigit jari 5 tahun di ibu kota.

Dengan formasi Risma-Ariza sumber-sumber penyebab kekalahan tahun 2017 tersebut dapat dieliminasi.

Pertama, memudarnya politik identitas dengan pembubaran FPI akan memuluskan langkah Risma. Juga seandainya residu politik identitas itu masih ada. Sebagai muslimah tentu Risma tidak akan begitu parah terkena dampak sebagaimana BTP dahulu yang double minority.

Kontribusi Ariza mewakili Gerindra juga sangat menentukan. Gabungan suara parlemen Jakarta yang dipegang PDIP-Gerindra sudah mencapai 44 kursi dari 106 atau 41%. Tinggal ditambahi sedikit lagi dari Nasdem dan atau Golkar maka dominasi secara hitungan kertas sudah terpenuhi.

Faktor lain yaitu figur Risma sendiri yang sudah menasional. Posisi sebagai menteri sosial membantu popularitas Risma di Jakarta meski sebelumnya pun sudah relatif terkenal. Akan tetapi dengan tambahan faktor jabatan itu kemudahan untuk mendapat publikasi semakin bertambah secara signifikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline