Lihat ke Halaman Asli

Telisik Data

TERVERIFIKASI

write like nobody will rate you

Menulislah Soal Politik Sebelum Kita Kembali ke Zaman Orba!

Diperbarui: 12 Oktober 2020   12:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik (kredit ilustrasi: The Independent).

Soal politik memang selalu asyik dan kadang-kadang suka bikin resah. Atau seolah-olah resah.

Di Kompasiana, gara-gara kanal politik kerap merajai trending terpopuler akhirnya kanal yang lain jadi terbenam. Raib menghilang di dasar oblivion yang tak kenal belas kasihan.

Biang keladi semua itu adalah ulah pembaca yang suka baca politik. Coba kalau mereka skip saja, tentu  artikel politik akan karam dengan sendirinya.

Tetapi dipikir-pikir lagi barangkali inilah seninya hidup di Indonesia, terutama di masa pembangunan ini.

Umumnya kita punya kecenderungan tertarik soal politik di samping membicarakan hal-hal yang tabu atau saru. Dari obrolan di warkop hingga debat di televisi. Tua dan muda. Cuma sedikit yang gemar membaca dan rajin mengaji.

Dokter ngomong politik; ustad ngomong politik; mahasiswa pertanian ngomong politik; bahkan pegawai negeri  pun ngomong politik. Ujung-ujungnya, karena yang berpolitik sudah banyak akhirnya anak Fisip mengalah baca komik.

Penulis mengerti sedikit politik karena dulu di kampus pernah berpolitik. Terpaksa, akibat salah pergaulan. Padahal dulu belajar eksakta yang mengharamkan pemelintiran fakta atau angka. Dalam politik angka itu bisa menjadi sesuatu yang tidak penting;  yang penting adalah bagaimana cara kita menafsirkannya.

Tafsir politik itu pada dasarnya sederhana. Sini maunya apa, situ pengennya gimana, terus kita mau ke mana. Seringnya pula dalam politik itu adalah berbicara tentang siapa mendapatkan apa.

Karena yang dimaksud 'mendapatkan sesuatu' dalam politik bisa disederhanakan menjadi uang maka dikenal pula istilah politik uang. Di alam nyata, politik dan ekonomi itu memang sulit dipisahkan. Menyatu ibarat gula dengan manisnya.

Dalam politik, kalau sesuatu masih bisa dibicarakan baik-baik maka itu disebut  musyawarah. Kalau pihak-pihak yang bertikai  sulit bersepakat  dan terpaksa harus hom pim pah, itu namanya voting. Lain kali bisa pula parang yang berbicara; itu namanya perang.

Selalu begitu  di mana pun levelnya. Entah itu di bale desa, di kampus, di kantor, atau bahkan di tingkat negara dan dunia. Di masa pembangunan ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline