Banyak figur militer yang siap maju Pilpres 2024. Dalam perhelatan sebelumnya tahun lalu ada Prabowo dan beberapa sosok lain yang digadang-gadang akan tampil berlaga tetapi akhirnya kandas.
Mayor Agus Yudhoyono sempat di-setting jadi wakil Prabowo tapi gagal. Pasangan sesama militer kurang elok tampaknya. Atau karena AHY kurang modal. Atau bisa juga karena kurang cepat mengambil keputusan deal menebus tiket. Sandiaga Uno yang cepat menebus mahar calon wapres itu. Kabar nilai nominalnya sampai berkardus-kardus.
Dari kubu Jokowi ada Jenderal Moeldoko yang masuk bursa wakil bersama dua inisial M lainnya. Saat itu publik dibikin penasaran dan menebak-nebak apakah Muhaimin Iskandar atau Mahfud MD. Salah semua ternyata. Kubu Jokowi ujung-ujungnya memutuskan Ma'ruf Amin yang menjadi cawapres.
Gatot Nurmantyo sebagai peminat capres potensial, maunya ada yang maksa-maksa mendukung buat maju plus menyediakan kendaraan politiknya yang siap jalan.
Tapi partai apa yang mau menoleh Gatot selain partai-partai gurem. Yang gede-gede tersedot semua berada di antara kubu petahana versus sang penantang lawas, Prabowo. Gatot sadar situasi ini dan lalu mundur teratur.
Namun setelah pergelaran pemilu selesai, jenderal kelahiran Tegal ini lekas atur strategi menyongsong 2024 yang sebentar lagi tiba. Ukuran 5 tahun bagi kontestan pilpres itu relatif singkat. Prabowo lebih dari 10 tahun mempersiapkan diri dan saat ini baru bisa nangkring di kantor Menhan.
Jazilul Fawaiz (kompas.com, 27/09/2020):
“Saya juga husnudzon bahwa Pak Gatot ini juga pengen jadi presiden, ngga ada masalah, karena beliau kan mantan panglima.”
Dengan "terhambatnya" Prabowo menjadi RI-1 berarti figur militer yang berpotensi capres/ cawapres nanti akan antri menumpuk. Akan tetapi andai pun 2019 kemarin Prabowo menang, hampir pasti dia akan maju lagi untuk berkuasa pada periode kedua. Jadi, anggaplah Prabowo ini calon default dari barak militer.
Kandidat lain masih pula mengendap-endap menyusun siasat. Kadang lewat pintu depan, kadang lewat dapur.
AHY semakin diperkuat posisinya dalam partai terutama berkat pengaruh SBY. Kalau bukan dinasti Cikeas rasanya mustahil bisa begitu mudah bin mulus jalan politiknya. Tidak ada kandidat terkuat dalam Partai Demokrat sekarang selain AHY.
Moeldoko masih punya peluang setidaknya untuk posisi wapres. Selain Moeldoko, dari barisan inkumben ada nama baru yang sedang meroket dan berpotensi menyusul masuk bursa, KSAD Jenderal Andika Perkasa.
Bagaimana Gatot menempatkan diri dalam konstelasi figur-figur serdadu yang nanti bakal saling menikung? Bukankah hingga saat ini mantan panglima masih belum juga berpartai?