Lihat ke Halaman Asli

Telisik Data

TERVERIFIKASI

write like nobody will rate you

Fakta, Pulang Kampung dan Mudik Memiliki Rasa Bahasa yang Berbeda!

Diperbarui: 23 April 2020   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangkapan layar rekaman video wawancara Presiden Jokowi dalam acara Mata Najwa (kanal Youtube Najwa Shihab).

Setelah wawancara Mata Najwa dengan Presiden Jokowi  di Istana Negara kemarin, terjadi perdebatan soal definisi kata mudik dengan frasa pulang kampung. Membedakan antara keduanya sebetulnya tidak sulit karena kita bisa memeriksa sendiri penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak hanya kamus (KBBI), percakapan  biasa atau berita di media bisa jadi patokan untuk membandingkan. Frasa pulang kampung digunakan penutur dalam konteks yang lebih umum tanpa terikat ruang dan waktu. Sedangkan mudik pemakaiannya lebih khusus; mengacu pada kegiatan pulang kampung menjelang lebaran yang biasa terjadi di Indonesia.

Sebagai contoh, mari kita cermati tiga judul berita/ tulisan media berikut ini:

- Wagub Sumbar Minta Perantau Tak Malu Pulang ke Kampung;

- Tips "Pulang Kampung" Untuk Mahasiswa yang Kuliah Ke Luar Negeri;

- Cerita Calon Jemaah Haji Emawati, Malu Pulang Kampung Lantaran Gagal Naik Haji.

Sekarang, jika frasa pulang kampung itu kita ganti dengan kata mudik, maka akan kita rasakan adanya kejanggalan dengan isi berita.

- Wagub Sumbar Minta Perantau Tak Malu Mudik.

- Tips "Mudik" Untuk Mahasiswa yang Kuliah Ke Luar Negeri.

- Cerita Calon Jemaah Haji Emawati, Malu Mudik Lantaran Gagal Naik Haji.

Pada judul berita yang pertama, berisi himbauan Wagub Sumbar agar lulusan perguruan tinggi tidak malu pulang ke desa. Takut kena stigma gagal di perantauan bukan alasan karena bekerja di kota atau membangun desa sama martabatnya.

Bisa kita rasakan mengapa penulis berita di atas tidak menggunakan kata mudik. Jika kata mudik digunakan maka  maknanya adalah sarjana yang bersangkutan cuma sebentar saja tinggal di kampung lalu kembali merantau ke kota.

Artikel yang kedua berisi tentang tips kepada mahasiswa yang kuliah di luar negeri sebelum pulang ke tanah air pada saat libur Natal dan tahun baru.

Meskipun pada tulisan itu kata mudik dapat menggantikan frasa pulang kampung tetapi rasa bahasa terkait momentumnya agak kurang pas. Libur Nataru tidak menyebabkan masyarakat Indonesia berbondong-bondong pulang ke kampung halaman; kebanyakan warga mengisinya dengan berekreasi ke tempat wisata.

Kemudian berita yang ketiga, menceritakan seorang calon jemaah haji yang gagal berangkat ke tanah suci karena sedang dalam masa kehamilan.

Tambah rancu jika kita katakan bahwa si ibu yang sedang hamil itu malu untuk "mudik" karena sudah pamit kepada tetangga sekampung untuk pergi ke Mekkah. Frasa pulang kampung sudah tepat dan tidak bisa diganti dengan kata mudik.


Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline