Sektor kewirausahaan menyumbang pertumbuhan ekonomi suatu negara secara signifikan.
Data Entrepreneurship Global Index 2019 mengungkapkan bahwa indeks kewirausahaan di negara maju mencapai angka 14 persen. Indonesia saat ini baru mencapai 3,1 persen, masih terpaut jauh bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lain yaitu Singapura, Thailand, Malaysia, dan Filipina. Demikian disampaikan oleh Kepala Biro Humas Kemendag , Fajarini Puntodewi, dalam acara pelatihan pemasaran digital bagi mahasiswa inkubator bisnis di UIN Alauddin Makassar.
Sebelumnya hal tersebut juga pernah diungkapkan Presiden Jokowi saat berbincang dengan anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) di Istana Merdeka.
Untuk mempercepat pertumbuhan jumlah wirausahawan, presiden mengajak HIPMI untuk menularkan virus entrepreneurship kepada generasi muda. Kalangan milenial yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, santri, dan para pemuda, adalah potensi yang harus dilibatkan dalam bidang kewirausahaan.
Pemerintah membidik target lahirnya 1000 technopreneur baru untuk menggairahkan perekonomian nasional.
Industri e-commerce Indonesia potensinya luar biasa
Pada masa dahulu berbisnis itu tidak mudah.
Masalah akses pasar dan informasi merupakan hambatan utama yang dihadapi oleh wirausahawan di samping permodalan, keterampilan dan infrastruktur transportasi untuk pengangkutan.
Tidak heran jika para pengusaha pada waktu itu terkonsentrasi di pusat-pusat kota yang padat penduduknya. Warga desa yang ada di pelosok hanya mampu menggeluti sektor pertanian dengan keuntungan yang lebih tipis.
Sekarang kendala tersebut dapat diatasi.
Teknologi digital berbasis internet dan membaiknya akses transportasi mendorong terciptanya industri perdagangan online atau e-commerce. Munculnya unicorn market place seperti Bukalapak dan Tokopedia juga turut merangsang tumbuhnya generasi baru pengusaha yang tertarik menggarap pangsa pasar yang sangat besar.