Polemik insiden penusukan Menkopolhukam Wiranto yang menimbulkan dampak ikutan masih hangat. Kini netizen kembali heboh dengan rilis artikel suatu media, liputan6.com.
Masalahnya sama, kegagalan berempati atas musibah yang menimpa orang lain. Kita, sesama manusia.
Insiden yang menimpa Pak Wiranto berbuntut 8 anggota TNI terancam diproses kesatuannya karena status pasangan yang dianggap melanggar UU militer (medan.tribunnews.com, 14/10/2019).
Belum reda, muncul lagi kasus yang hulunya adalah soal kepantasan menyikapi musibah yang dialami orang lain.
Kematian Sulli, artis K-pop Korea, kemarin akibat bunuh diri cukup menggemparkan para fans-nya di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Alasan mengapa Sulli mengakhiri hidup sebaiknya kita pahami saja sebatas betapa berat tekanan hidup yang ia alami. Yang tidak terlihat dibalik gemerlap penampilan industri K-pop yang sedang hits.
Wajar juga media mengulas sisi-sisi kehidupan Sulli semasa hidup. Tentu sudut positif yang bermanfaat. Tetapi artikel tentang foto-foto sexy mendiang? Entah apa yang merasuki penulisnya sehingga tega mengangkat sisi itu.
Kontan saja netizen mengutuk penulis artikel berjudul "4 Potret Seksi ... Idola yang Tewas Bunuh Diri".
Apa sudah habis ide sehingga nekat mengangkat konten kematian Sulli dari sisi profan yang begitu provokatif . Konten, bukan hanya sekadar judul. Media yang menaunginya pun sudah pasti ikut kena getahnya.
Masalahnya adalah artikel itu ditulis penulis profesional, dan media yang bersangkutan tentu ada editor. Mengapa bisa lolos artikel yang mengeksploitasi penderitaan manusia.
Sulli sama seperti kita juga, walaupun bukan warga senegara. Demikian juga Wiranto, Ninoy, korban kerusuhan Mei lalu, korban di Wamena. Media harus mengambil sisi kemanusiaannya. Bukan eksploitasi.