Lihat ke Halaman Asli

Telisik Data

TERVERIFIKASI

write like nobody will rate you

Di Bulan Ramadan, Mengapa Kalian Masih Saja Beringas?

Diperbarui: 11 Mei 2019   08:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelaku penyebar hoaks people power dan ujaran kebencian di facebook ketika ditangkap polisi (cnnindonesia.com).

People power yang digagas Amien Rais  dan dikatakan Eggi Sudjana hanya unjuk-unjuk rasa saja untuk memprotes hasil pemilu tidak sesuai dengan persepsi para pengidolanya di lapisan bawah.

Seorang dosen pascasarjana di Bandung  dan mengaku caleg dari PBB menebar pernyataan kebencian di facebook bahwa korban rakyat dalam aksi people power tak terelakkan. Yang mengerikan dalam pernyataan tersebut  adalah  bahwa 1 korban rakyat harus dibayar dengan nyawa 10 polisi! 

Dari apakah hati orang-orang itu dibuat, mereka yang membuat ujaran pemicu perpecahan masyarakat di grup-grup media sosial?

Dan ketika dosen penyebar permusuhan tersebut ditangkap polisi dengan entengnya dia minta maaf, berlagak iseng dan innocent seolah-olah tidak bermaksud membenturkan rakyat dengan polisi.

Pernyataan  yang disebar si dosen:

"HARGA NYAWA RAKYAT Jika People Power tidak dapat dielak: 1 orang rakyat ditembak oleh polisi harus dibayar dengan 10 orang polisi dibunuh mati menggunakan pisau dapur, golok, linggis, kapak, kunci roda mobil, siraman tiner cat berapi dan keluarga mereka."

Pembelaannya ketika ditangkap:

"Saya hanya mengatakan kalimat itu memang mungkin salah. Memang salah.
Tapi maksud saya jangan sampai ini terjadi. Demi Allah, kenapa, karena saya juga anak bangsa Indonesia dan saya guru, saya ayah, saya uwak dari keponakan saya, saya kakek dari cucu saya. Enggak mungkin saya membiarkan situasi dimana membenturkan nama polisi dengan rakyat dalam tanda kutip people power."

Orang tua ini dari omongannya kita tahu juga bahwa yang bersangkutan adalah seorang berpendidikan, guru bahkan; sudah tua, kakek yang sudah punya cucu. Tetapi tidak satu pun dari predikat sosial yang disandangnya  itu menjelaskan mengapa ia begitu tega menebar provokasi people power berbau kekerasan dan pembunuhan.

Berita lain dari Bandung yaitu hoaks kematian seorang petugas KPPS, Sita Fitriati, yang dikatakan karena gas VX, racun syaraf yang berbahaya.

Kabar yang juga disebar dalam akun facebook atas nama Dody Fajar itu langsung dibantah pihak keluarga Sita karena yang terjadi adalah korban mengidap penyakit tuberculosis. Beberapa fakta yang disebutkan juga salah: umur, nomor TPS, hingga foto korban yang tidak sesuai membuat pihak keluarga berang.

Duka dan penderitaan keluarga yang ditinggalkan almarhumah seolah-olah semakin tercabik-cabik oleh kabar hoaks yang mencatut namanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline