Ada semacam keprihatinan di balik pernyataan Jokowi ketika mengomentari kemenangan versi hitung cepat 12 lembaga survei. Selain menyatakan sikap akan menunggu hasil pengumuman KPU, kepada para pendukungnya Jokowi juga menghimbau untuk tidak larut dalam euforia kemenangan. Tidak juga selebrasi berlebihan.
Meskipun perolehan suara bertambah dari pilpres sebelumnya yaitu dari 53,15% menjadi 54,43%; beberapa hal yang terjadi pascapemilu membuat petahana menahan diri.
Berbeda dengan Pemilu 2014 ketika partai pendukung ikut bersuka merayakan kemenangan, kali ini Jokowi harus berempati kepada kawan-kawan koalisinya.
Waktu itu, partai pengusung Jokowi-JK semuanya unggul dalam perolehan suara dibanding Pemilu sebelumnya tahun 2009. PDIP meraup 18,95% suara, meningkat 4,92%; PKB 9,04% suara, bertambah 4,1%; Hanura 5,26% suara, bertambah 1,49%; dan Nasdem sebagai partai baru langsung melejit dengan perolehan 6,72% suara.
Pada kesempatan pesta demokrasi tahun ini yang terjadi adalah sebaliknya, 5 dari 10 partai pengusung Jokowi-Ma'ruf terpuruk dengan catatan pertumbuhan negatif dalam rekapitulasi suara. Sementara itu, 2 dari 5 partai pendukung yang mencatat angka positif, gagal lolos ke Senayan sebagai partai debutan karena tidak memenuhi ambang batas parliamentary treshold sebesar 4%.
Hanya PDIP, PKB, dan Nasdem yang posisinya aman dan memperoleh hasil positif perolehan suara dengan penambahan masing-masing sebesar: 1,02%, 0,23%, dan 1,55%. Lima partai yang berkurang pemilihnya yaitu Golkar -2,86% suara, PPP -1,93% suara, Hanura -3,91% suara, PKPI -0,68% suara, dan PBB -0,71% suara. Hanura, PBB dan PKPI juga sekaligus gagal melewati ambang batas parlemen. Mereka bernasib sama dengan partai baru yaitu PSI dan Perindo yang hanya mendapat 2,07% dan 2,85% suara.
Di kubu oposisi sebenarnya terjadi juga pasang surut prestasi.
Partai yang mencatat pertumbuhan positif tertinggi adalah PKS dengan tambahan 1,83% suara, Gerindra 1,03% suara, Berkarya 2,12% suara, dan Garuda 0,53% suara. Walaupun Berkarya dan Garuda gagal lolos parliamentary treshold karena posisi mereka sebagai partai baru. Sementara itu partai yang menurun suaranya adalah PAN dan Demokrat, masing-masing -0,97% dan -2,16% suara.
Dari total kalkulasi plus minus masing-masing kubu, ada kurang lebih 2,33% suara yang beralih dari partai-partai pendukung Jokowi-Ma'ruf ke partai-partai pendukung Prabowo-Sandi.
Selain masalah penurunan suara yang didapat partai pendukung, Jokowi juga mengakui perolehan suara yang didapatnya berada di bawah target yang dibidik. Menilik tambahan partai pengusung yang berasal dari kubu oposisi, mestinya suara Jokowi naik banyak.
Dari tiga partai mantan oposisi yaitu Golkar, PPP, dan PBB; diharapkan ada tambahan suara sekitar 10,47% yaitu jumlah suara partai 22,74% dikurangi 12,27% yang merupakan angka dukungan dari kubu lawan dalam Pilpres 2014. Kenyataannya petahana hanya mencatat kenaikan tipis yaitu 1,28% saja.