Lihat ke Halaman Asli

Telisik Data

TERVERIFIKASI

write like nobody will rate you

Tanggul Jatipadang Jebol Enam Kali Jangan Diledek!

Diperbarui: 5 April 2019   11:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terhitung sejak Oktober 2017 hingga saat ini, tanggul Jatipadang sudah mengalami  jebol 6 kali.

Dibandingkan dengan bendungan, pintu air, kanal, dan properti irigasi lainnya; mungkin hanya bendungan Katulampa di Bogor yang dapat mengalahkan popularitas tanggul Jatipadang.

Bendung Katulampa di musim hujan kerap membuat jeri warga ibukota  walaupun jaraknya 38 mil nun jauh di sana. Apalagi jika muka air sudah mencapai ketinggian siaga 1, alamat barang-barang dalam rumah harus secepatnya diselamatkan ke tempat yang lebih tinggi.

Air di mana-mana sifatnya sama selama yang dimaksud adalah substansi zat kimia dengan rumus H2O.

Di tanggul Jatipadang, di Katulampa, di Sungai Nil, atau di Amsterdam, air tunduk pada sunatullah, bahasa ilmiahnya: hukum fisika. Beku jika didinginkan, menguap jika dipanaskan. 

Air mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah, berhenti jika ada penghalang sampai terkumpul cukup kekuatan untuk menghancurkan apa saja yang menghalanginya. Sejak zaman Firaun belum disunat air begitu wataknya.

Namun demikian, perilaku air yang sebenarnya begitu-begitu saja, nihil inovasi,  hingga sekarang selalu bikin masalah buat manusia yang berakal. Penelitian dan riset tentang air sejak masa Archimedes 22 abad yang lalu sudah terlalu banyak, dan akan terus bertambah karena air suka bikin penasaran para ilmuwan. Malah sampai ke tingkat spiritual, benda cair yang satu ini menjadi inspirasi: filosofi air mengalir!

Kita sudah memahami, betapa air itu kukuh dengan wataknya; sangat  militan tanpa perlu  ideologi dan dogma. Manusia yang berakal tidak sanggup mencegah atau menghalangi siklus makhluk Tuhan yang satu ini. Air tidak bisa dan tidak mungkin dilawan.

Lalu apa yang bisa kita lakukan?

Bersahabat dengan air, itu pilihan yang ada.  Kita yang berakal sudah mengenal watak dasar air yang tidak berjiwa tersebut, maka jangan dirintangi alirannya, ikuti kemauannya. Air diciptakan Tuhan untuk memberi manfaat melalui mekanisme siklus yang tak pernah ia bosan menjalaninya. Percuma dilawan, karena air yang tidak berperasaan akan berontak dengan kekuatan yang tak terperi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline