Fadli Zon mengkritik pemaparan solusi kartu sakti yang disampaikan K. H. Ma'ruf Amin, KMA, dalam Debat Cawapres III kemarin. Tiga kartu yang ditawarkan petahana dianggap sudah kuno, produk pemikiran zaman kuda. Padahal kartu sakti Jokowi-Ma'ruf adalah real, siap pakai di dunia nyata; kartu supercanggih ala Prabowo-Sandi memang canggih, dalam dunia wacana.
Integrasi berbagai data kependudukan dalam satu KTP sudah dibahas sejak kapan tahun, tetapi butuh waktu lama. Jokowi perlu solusi cepat karena rakyat tidak bisa menunggu lama.
Yang menarik dari komentar Fadli Zon adalah ketidakmampuannya untuk melepaskan diri dari 'universe' kuda. Mengapa selalu kuda?
Politik Indonesia semakin akrab dengan kuda setelah istilah "lebaran kuda" yang dipopulerkan oleh SBY. Sebelum itu, Prabowo sendiri sudah akrab dengan kuda karena memang memeliharanya, kuda mahal berharga miliaran. Atmosfir seputar kuda selalu berputar-putar dalam pikiran, seperti komentar Fadli Zon soal kartu sakti di atas.
Jokowi juga adalah sosok yang akrab dengan dunia satwa dan tidak alergi dengan kuda. Bahkan dalam beberapa kesempatan Jokowi menunjukkan dirinya sedang naik kuda.
Perbedaannya, Jokowi tidak terikat dengan kuda, flexible. Capres 01 bisa naik Harley Davidson yang dimodif, naik trail, naik skutik; bebas. Sementara Prabowo selalu tidak bisa dilepaskan image-nya dari seputar kuda. Di rumah, di Hambalang berkuda, Rakornas menunggang kuda, hingga di Senayan naik kuda.
Demikian melekatnya Prabowo dengan kuda sehingga lawan bicara pun terpaksa ikut membahas kuda. Ketika berkunjung ke kediaman Aa Gym di Bandung, Aa yang menanyakan kabar kuda-kudanya Prabowo. Menengok Arifin Ilham, sang ustadz yang malah ikut membahas tema kuda. Luar biasa!
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H