Lihat ke Halaman Asli

Telisik Data

TERVERIFIKASI

write like nobody will rate you

Siklus Hoaks Jelang Pemilu, Dalang Masih Misterius

Diperbarui: 12 Maret 2019   01:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi, antara fakta dan kabar bohong (hackernoon.com).

Jika dinas kesehatan mengumumkan di satu daerah terjadi epidemi penyakit atau KLB, Kejadian Luar Biasa; maka hal itu bertujuan untuk menyelamatkan warga.   Mereka yang berpotensi terinfeksi diharapkan waspada dan mengambil tindakan yang perlu agar wabah tidak menyebar.

Seharusnya Bawaslu juga bisa melakukan hal seperti itu ketika terjadi penyebaran fitnah dan hoaks di masyarakat terkait Pemilu 2019.

Komisioner Badan Pengawas Pemilu, Bawaslu, Bapak Mohammad Afifuddin mengatakan bahwa saat ini telah terjadi peningkatan jumlah daerah yang terpapar hoaks intensitas tinggi.  Jika pada akhir tahun 2018 ada 90 daerah, sekarang bertambah menjadi 92 daerah.

Jumlah 92 daerah itu  yang terpapar hoaks intensitas tinggi, sementara yang intensitasnya sedang dan rendah bisa jadi ratusan daerah.

Masalahnya, Bawaslu enggan menyebutkan daerah terdampak hoaks berisi politik identitas dan SARA itu. Apa gunanya Bawaslu mengumumkan jumlah tersebut jika tidak disebutkan daerahnya? Apakah daerah yang dimaksud itu tingkat desa, kecamatan atau kabupaten?

Pengungkapan temuan Bawaslu yang dibahas  dalam diskusi di Kominfo tersebut maksudnya baik, memperingatkan masyarakat agar hati-hati menerima informasi. Tetapi tanpa menjelaskan daerah mana yang harus waspada lalu bagaimana caranya warga menyadari bahwa di daerahnya terjadi wabah hoaks?

Yang terjadi malah mungkin terjadi disinformasi.

Warga daerah yang tidak terpapar hoaks menjadi resah, jangan-jangan di lingkungannya ada penyebar hoaks. Sementara di daerah yang populasi penyebar hoaksnya tinggi malah tenang-tenang saja dan mempercayai info palsu yang dikonsumsinya setiap hari sebagai kebenaran.

Berita hoaks ratusan, dalangnya selalu lolos

Menurut Kominfo, hingga Februari 2019 tercatat ada sekitar 771 berita bohong  yang beredar di Indonesia. Kerja keras pihak berwenang berhasil mengungkap para pelaku penyebaran berita bohong tersebut.

Di satu sisi hal itu bisa menjadi pembelajaran bagi calon penyebar agar mengurungkan niatnya. Anonimitas di dunia maya selalu dapat dilacak karena ada jejak digital yang dapat ditelusuri. Tetapi dari beberapa penangkapan pelaku hoaks terdahulu ternyata  bahwa,  mastermind  atau dalangnya  selalu tak pernah terungkap.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline