Lihat ke Halaman Asli

Telisik Data

TERVERIFIKASI

write like nobody will rate you

Bedanya Maser dengan Laser

Diperbarui: 29 Maret 2018   07:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: Maser pada suhu ruang (Sumber: www.imperial.ac.uk).

MASER  (Microwave Amplification by Stimulated Emission of Radiation) adalah suatu alat untuk menghasilkan gelombang elektromagnetik yang koheren, melalui penguatan oleh emisi  terstimulasi.  Sedangkan LASER (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation) adalah suatu alat juga, digunakan untuk menghasilkan pancaran cahaya koheren dengan  intensitas tinggi, mudah diarahkan, dan lintasannya lurus.

LASER atau sinar laser lebih populer dibanding  maser. Bahkan sudah menjadi satu kata sendiri, misalnya pada kata LASIK (Laser-assisted  in situ keratomileusis), suatu prosedur bedah mata untuk koreksi kelainan pada mata.

Selain untuk hal-hal yang bermanfaat, penggunaan sinar laser juga bisa menjadi sesuatu yang berbahaya. Mengarahkan pointer laser ke angkasa bisa membahayakan keselamatan penerbangan.  

Kembali ke maser.

Ilmuwan  fisika dari Imperial College London (ICL) berhasil menciptakan maser dalam suhu ruang, memanfaatkan intan sintetis, batu safir dan tembaga. Temuan ini sudah dipublikasikan dalam Jurnal Nature,  Maret 2018.

Sebelumnya maser hanya bisa dibentuk dalam suhu yang super dingin, yaitu pada suhu 4 Kelvin (setara dengan  -269 0Celsius) atau dalam ruang hampa. Penggunaannya pun terbatas, misalnya dalam pembuatan jam atom dan teleskop radio di luar angkasa.

Maser lebih dulu ditemukan dibanding laser.

Keberadaan maser yang sudah diramalkan sebelumnya oleh Albert Einstein,  ditemukan pada tahun 1953 oleh Charles H Townes dan koleganya di Columbia University.  Sedangkan laser mengikuti prinsip kerja maser, ditemukan beberapa tahun setelahnya. Akronim LASER sendiri diciptakan oleh Gordon Gould tahun 1957.

Maser dalam suhu ruang

Penelitian maser pada suhu ruang sudah dimulai oleh tim peneliti ICL sejak tahun 2012, menggunakan molekul organik  pentacene. Namun saat itu belum berhasil karena maser yang terbentuk hanya berlangsung sangat singkat, kurang dari seperseribu detik.

Untuk menghasilkan maser yang bisa terpancar secara kontinyu, tim yang dipimpin oleh Dr. Jonathan Breeze ini membuat intan tiruan yang dibentuk dalam kondisi atmosfir kaya nitrogen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline