Lihat ke Halaman Asli

Telisik Data

TERVERIFIKASI

write like nobody will rate you

Mungkinkah Suatu Saat Pekerjaan Jurnalis Digantikan oleh Mesin?

Diperbarui: 25 Juli 2018   04:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi jurnalis (cdn.images.express.co.uk).

Kemajuan teknologi kecerdasan buatan saat ini semakin berkembang. Salah satu aplikasi dari teknologi ini adalah bagaimana mengubah data seperti laporan pertandingan, laporan perusahaan atau semacamnya dapat menjadi sebuah narasi jurnalistik. 

Kedengarannya terlalu berlebihan, apakah itu mungkin? Kris Hammond, Larry Birnbaum, dan Stuart Frankel dari Narrative Science telah memulai sebuah perusahaan start-up di Illinois, Amerika serikat, yang menyediakan jasa pembuatan konten editorial berkualitas tinggi. 

Caranya, input data diolah oleh suatu software khusus yang dikembangkan berdasarkan riset artificial intelligent dan software ini mengubahnya menjadi suatu artikel, lengkap dengan analisis dan sudut pandangnya.  

Saat ini layanan start-up tersebut yaitu antara lain:

  • Berita olahraga
  • Laporan keuangan perusahaan
  • Analisis real estate
  • Konten komunitas lokal
  • Polling dan pemilihan, hingga
  • Riset pemasaran

Adapun tarif yang dipatok untuk artikel 500 kata cukup murah, hanya $10 saja!, dan itu masih ada kemungkinan untuk terus turun. Harga tersebut untuk ukuran Indonesia saja kayaknya sudah cukup kompetitif, apalagi di US sana. 

Komentar dari ilmuwan komputer, Oren Otziani mengatakan bahwa kualitas tulisan hasil dari software tersebut sudah cukup bagus. 

Kemajuan yang serupa juga dapat kita lihat di bidang penerjemahan. Saat ini teknologi software translator sudah semakin baik kualitasnya. Mr. Hammond sendiri tidak main-main dengan bisnisnya itu, entah bercanda atau serius, targetnya adalah penghargaan Pulitzer dalam lima tahun ke depan untuk jurnalisme komputer. 

Prof. Kris Hammond adalah seorang ilmuwan komputer dan Prof. Larry Birnbaum partnernya adalah ilmuwan jurnalisme. Akankah suatu saat lapangan kerja jurnalistik menyempit karena mekanisasi teknologi informasi? Mari kita lihat sama-sama. 

Sumber: nytimes.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline