Lihat ke Halaman Asli

Peran Vital Asian Development Bank (ADB) dalam Stabilitas Moneter Internasional

Diperbarui: 29 Maret 2024   12:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: infopublik.id

Di era modern saat ini, perekonomian global telah terstruktur secara sistematis. Perubahan teknologi, globalisasi, dan integrasi pasar telah menjadi pendorong utama dalam membentuk sistem ekonomi yang terinterkoneksi. Perusahaan multinasional, lembaga keuangan internasional, serta negara-negara saat ini telah saling berinteraksi dalam lingkungan ekonomi yang semakin terhubung, dan menciptakan jaringan yang rumit sekaligus saling memengaruhi dalam aktivitas ekonomi global. Perkembangan ini secara tidak langsung juga mendorong terbentuknya suatu sistem baru yang kini dikenal sebagai Sistem Moneter Internasional.

Apa itu Sistem Moneter Internasional?

Pada periode pasca-Perang Dunia II, khususnya sekitar tahun 1944, terjadi sebuah peristiwa yang mencuat dalam sejarah perkembangan sistem keuangan global, yaitu lahirnya Sistem Moneter Internasional. Fenomena ini tidak hanya sekadar menandai kemunculan sebuah entitas baru, tetapi juga melibatkan serangkaian aspek yang amat kompleks. Hal ini meliputi pendirian struktur, penggunaan instrumen keuangan, pembentukan institusi internasional, serta pembuatan perjanjian yang bertujuan untuk mengendalikan dan mengatur kurs atau nilai mata uang di skala global. Tak hanya itu, Sistem Moneter Internasional juga turut mencakup sejumlah proses yang rumit, seperti penyesuaian aliran modal internasional, penerapan regulasi perdagangan global, dan juga menjaga keseimbangan neraca pembayaran antara negara-negara yang terlibat.

Cakupan proses ini secara tidak langsung nantinya akan selalu berkesinambungan dengan Kurs Valuta Asing, yang memainkan peran krusial dalam dinamika sistem moneter internasional. Kurs valuta asing, dalam kerangka Sistem Moneter Internasional, serupa dengan yang ditemukan dalam sistem moneter nasional, di mana nilai tukarnya menentukan pertukaran antara mata uang nasional dengan mata uang asing. Namun, dalam konteks global, faktor-faktor yang memengaruhi kurs valuta asing menjadi lebih kompleks, termasuk inflasi, suku bunga, kondisi ekonomi negara, serta faktor-faktor geopolitik yang berdampak pada kepercayaan investor dan arus modal. Selain itu, Sistem Moneter Internasional sendiri mengakomodasi berbagai sistem nilai tukar, termasuk sistem nilai tukar tetap dan sistem nilai tukar mengambang, yang masing-masing memiliki implikasi yang signifikan terhadap nilai tukar valuta asing.

Dalam konteks Moneter Internasional, sistem valas ini memiliki dua pengklasifikasian utama yang menggambarkan pendekatan berbeda dalam menentukan nilai tukar mata uang. Pertama, adalah Fixed Exchange Rate, di mana negara secara aktif mengatur atau menetapkan nilai tukar mata uangnya terhadap mata uang lain atau suatu standar tertentu, seperti emas atau mata uang asing lainnya. Sistem ini memberikan stabilitas dalam perdagangan internasional dan investasi lintas batas, karena nilai tukar mata uang tetap dan dapat diprediksi.

Di sisi lain, Floating Exchange Rate adalah ketika nilai tukar mata uang ditentukan oleh mekanisme pasar bebas. Artinya, pasokan dan permintaan di pasar valuta asing menentukan nilai tukar secara dinamis. Pendekatan ini memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada pasar untuk menyesuaikan nilai tukar sesuai dengan faktor-faktor ekonomi dan keuangan. Namun, hal ini juga dapat menciptakan volatilitas dan ketidakpastian dalam nilai tukar mata uang.

Selain pengklasifikasian berdasarkan penentuan nilai tukar mata uang asing, dalam konteks Sistem Moneter Internasional, Valuta Asing juga dapat diklasifikasikan berdasarkan intensinya. Pertama, terdapat Convertible Currency, yang mencerminkan harapan bahwa mata uang tersebut dapat dengan mudah dipertukarkan atau dikonversi dengan mata uang negara lain tanpa adanya pembatasan atau kendala tertentu. Keberadaan mata uang yang ada dalam kategori ini biasanya menunjukkan tingginya tingkat kepercayaan dan likuiditas dalam perdagangan internasional serta investasi global.

Selanjutnya kedua, ada Soft Currency, di mana mata uang tersebut cenderung mengalami devaluasi atau depresiasi relatif terhadap mata uang asing lainnya. Situasi ini sering terjadi dalam ekonomi yang mengalami ketidakstabilan atau inflasi tinggi, yang mengakibatkan penurunan nilai mata uangnya terhadap mata uang asing.

Terakhir, yang ketiga adalah Hard Currency, yaitu suatu intensi yang mengindikasikan mata uang yang diperkirakan akan mengalami revaluasi atau apresiasi relatif terhadap sebagian besar mata uang dunia. Mata uang dalam kategori ini sering dianggap sebagai simbol stabilitas ekonomi dan kepercayaan global, serta menjadikannya pilihan yang diinginkan dalam perdagangan internasional dan cadangan devisa negara. Mata uang ini biasanya digunakan untuk transaksi internasional dan dianggap memiliki risiko yang lebih rendah dalam hal fluktuasi nilai tukar.

Apa Contoh dari Penerapan Sistem Moneter Internasional?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline