Isu hangat yang seringkali dicuatkan ke publik adalah kasus pelecehan seksual (Sexual Harassment). Bukan karena hal ini baru populer, melainkan karena meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pelecehan seksual dan juga telah disahkannya UU TPKS pada 12 April 2022.
Lalu mengapa saya menyorot semua gender sebagai objek pelecehan seksual? karena kita tidak bisa mengeluarkan asumsi bahwa yang bisa mengalami pelecehan hanya satu gender saja, sebab data temuan KPAI menunjukkan bahwa korban kekerasan seksual di tahun 2018 lebih banyak dialami oleh anak laki-laki, di mana ada 60% anak laki-laki dan 40% anak perempuan menjadi korban kekerasan seksual.
Di tahun 2017 terdapat data temuan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak bahwa kelompok umur 13-17 tahun prevalensi kekerasan seksual terlihat lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan yaitu sebesar 8,3% atau dua kali lipat dari prevalensi kekerasan seksual pada perempuan yang mencapai 4,1%.
Bukankah data tersebut terdengar mengerikan karena di usia 13-17 adalah usia yang masih cukup belia untuk mendapat perlakuan tak senonoh dari orang dewasa?
Mengingat banyaknya kasus pelecehan seksual yang terjadi belakangan ini, maka hal krusial yang mesti diterapkan adalah pendidikan seks yang diselipkan di dalam kurikulum, karena sasaran rentan adalah kelompok bawah umur dan remaja tahap awal.
Pada artikel sebelumnya yang berjudul "Ketika Seks Masih Menjadi Bahan Tertawaan" saya menyebutkan bahwa pendidikan seks di lingkungan rumah salah satunya adalah bagaimana orangtua mengajarkan kepada anak bagian tubuh mana saja yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang asing.
Berikutnya kelompok remaja, urgensi pendidikan seks dalam kurikulum sudah semestinya digenjot dan difasilitasi dengan tenaga profesional sehingga pengamalannya akan lebih efektif dan efisien. Pendidikan seks bukan lagi hal yang bisa kita anggap enteng setelah rentetan kasus pelecehan yang terus tercuat bahkan di lingkungan pendidikan formal.
Langkah ini bukan hanya untuk menghindari pelecehan, tetapi juga mencegah kehamilan pra nikah, penyakit seksual menular, dan cidera yang berujung fatal pasca hubungan seksual.
Teruntuk perempuan...
Hal yang muncul di pikiran saat membayangkan perempuan adalah "kalian sangat berharga", oleh karena itu penting bagi perempuan untuk menjaga citra gender serta citra diri supaya terhindar dari pelecehan. Cara berpakaian, cara berperilaku, dan cara merespon sekitar adalah celah-celah yang bisa diperbaiki untuk selamat dari pelaku pelecehan.