Lihat ke Halaman Asli

Agung Pratama

Penulis lepas

Palembang Kota Kriminal

Diperbarui: 19 Maret 2022   06:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

September 2016 adalah pertama kalinya bagi saya menetapkan untuk merantau ke ibukota provinsi dimana saya berasal, provinsi sumatera selatan. Saya yang berasal dari kampung masih cukup asing dengan suasana kota, walaupun hanya berjarak 120 Km dari rumah, kota Palembang hanya pernah saya kunjungi tidak melebihi hitungan jari.

Kesan pertama yang masih saya ingat dengan jelas dalam benak saya adalah 'crime', mengapa demikian? Bagi seorang perantau/pendatang, akses kendaraan umum adalah satu dari banyak kebutuhan utama, namun yang terjadi adalah pencopet merajalela di dalam angkutan umum dan bis kota.

Pada saat itu saya baru saja tiba di Kilometer 12 Kota Palembang, ingin menuju kampus UIN Raden Fatah dengan menyandang satu tas sandang padat terisi oleh-oleh dan sebuah kardus yang berisi koleksi buku-buku bacaan koleksi saya. Karena belum terlalu mengerti dengan keadaan sebenarnya, saya memutuskan untuk menumpangi bis kota mana saja yang menghampiri.

Awalnya semua tampak biasa saja sampai beberapa menit setelah itu saya melihat dua orang pria yang sedang mabuk, dua pria ini duduk berbaris di pojok kanan, satu pria duduk di kursi di depan saya bersama penumpang wanita, dan satunya lagi duduk bersebelahan dengan saya.

Jelas sekali di depan mata saya pria mabuk ini melakukan pelecehan terhadap perempuan disebelahnya, waktu itu saya belum cukup berani untuk menegur perbuatan semacam itu dan hanya memastikan perempuan itu baik-baik saja, karena ia sama sekali tidak berteriak ataupun meminta bantuan. Keadaan di dalam bis tidak begitu sepi, tapi tak ada satupun yang peduli dengan kejadian itu.

Pria disebelah saya berusaha mengalihkan perhatian karena ketertarikan saya dengan kejadian itu, ia melontarkan beberapa pertanyaan pribadi yang menyangkut identitas dan daerah asal saya. 

Meski demikian ia tak hanya melontarkan pertanyaan, tangannya meraba-raba bagian luar tas saya, menyadari hal itu dengan jelas saya hanya mendiamkannya saja karena tahu tidak menaruh barang berharga disana.

Tak lama kemudian saya beranjak tanpa bergeming sedikitpun sehingga menyebabkan pria disebelah menarik keras resleting tas dan menjatuhkan Al-Qur'an yang saya bawa, saya pun meminta kenek untuk menepi setelah kejadian itu.

Pengalaman buruk tidak berhenti sampai disana...

Setelah beberapa bulan dari kejadian di dalam bis kota, saya juga sempat kecurian uang di tempat saya mengontrak, bagaimana ini bisa terjadi?

Biasanya saya pergi berbelanja hanya dengan membawa uang secukupnya dan dompet saya tinggalkan di lemari. Kesalahan fatal yang saya perbuat adalah saya terlalu cepat percaya dengan seseorang dengan kemasan lugu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline