Lihat ke Halaman Asli

Agung Pratama

Penulis lepas

Melawan Standar Hidup yang Tak Realistis

Diperbarui: 27 Mei 2022   06:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi bersantai di rumah (Sumber: PEXELS/ARTEM PODREZ)

Pernahkah kamu mendengar orangtua yang berkata, "Nak, sebelum usia 30 kamu harus sudah menikah", atau tetangga yang sedang julid, "Kenapa ya dia lulusan sarjana malah jualan".

Atau sahabatmu yang berujar, "Eh temenku yang satu jurusan sama kamu udah dapet kerjaan dengan gaji dua digit, kamu kok belum?", "Temenmu sudah pada lulus, kamu kok masih aja berkutat di skripsi, gak pengen lulus?"

Serangkaian pertanyaan tersebut selalu terbesit di benak kita yang berada di masa quarter life crisis, dikenal juga dengan krisis seperempat abad biasanya dirasakan oleh kalangan usia 20-30 yang masih bingung menentukan tujuan hidup ataupun bermasalah dalam menata masa depan.

Mark Manson dalam bukunya yang berjudul A Subtle Art Of Not Giving A F*ck berkata bahwa "Kunci untuk kehidupan yang baik bukan tentang memedulikan lebih banyak hal; tapi tentang memedulikan hal yang sederhana saja." 

Kalimat tersebut terdengar elok dan sekilas tampak praktis, namun pada kenyataannya manusia sulit mengabaikan bisikan-bisikan negatif yang mengganggu kesehatan mental. 

Tapi tak masalah, kita berhak tersinggung dan wajib untuk berbuat sesuatu yang terbaik yang bisa kita lakukan dengan catatan "melakukan segala usaha untuk kemajuan diri, bukan untuk memvalidasi ke orang lain bahwa kamu mampu berbuat".

Di saat manusia berada pada titik terendah dalam berjuang, naluri alamiah yang muncul adalah rasa ingin dipahami, dimengerti, dikatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja, dan jangan berhenti mengejar apa yang kamu inginkan di kemudian hari. 

Kita tidak bisa mengendalikan perlakuan orang-orang terhadap diri kita, satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah mengendalikan kita sendiri untuk tidak tenggelam dalam pertanyaan-pertanyaan dan perlakuan yang tidak kita sukai dan menyakiti secara emosional.

Berdamailah, terimalah diri kita apa adanya...

Setidaknya ada beberapa dari kita merespon krisis percaya diri dengan ikut menyalahkan diri sendiri, putus asa, atau bahkan berhenti mempercayai diri sendiri. Hati-hati, keadaan ini bisa memburuk dan berujung fatal. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline