Tulisan ini sudah tertunda selama 50 hari, di hari ketiga KKN tulisan ini harusnya dapat terbaca oleh teman-teman semua dan para pembaca, namun karena beberapa kendala dan momen yang kurang pas, saya rasa belum terlambat untuk mempublikasikan tulisan ini.
45 hari telah berlalu, sebuah kegiatan yang pernah menjadi momok yang mengerikan bagi penulis adalah mengabdikan diri kepada masyarakat, apa yang menjadi rasa takut?
Doktrin jawabannya, KKN tampak menakutkan karena beberapa mahasiswa sebelumnya yang menjadi rekan penulis bercerita bahwasanya pada saat KKN, ekspektasi masyarakat terhadap mahasiswa cukup tinggi.
masyarakat beranggapan bahwa mahasiswa yang konotasinya adalah pelajar dengan status pendidikan tinggi tentu dapat melakukan segala hal, semuanya yang tidak dapat dilakukan oleh masyarakat biasa, masyarakat yang memiliki riwayat pendidikan di bawah rata-rata.
Terlebihnya lagi, kami yang melakukan KKN adalah mahasiswa UIN dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi, yang ditakutkan benar-benar terjadi. Telinga kami tidk henti-hentinya mendengar "wah, anak UIN pasti jago ngaji, jago ceramah, jago agama", padahal tidak semua dari kami memiliki latar belakang pendidikan dari sekolah madrasah atau seorang santri dari pondok pesantren, apalagi penulis yang memiliki latar belakang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan sebelum masuk kuliah. jam kuliah belajar fikih, tafsir, ataupun ilmu dakwah tidak serta merta menelurkan manusia yang pandai di bidang agama pada saat itu juga.
Turun ke lingkungan masyarakat dan mengabdi adalah bagian dari Tri Dharma perguruan tinggi, kita tahu mahasiswa terbiasa berkutat dengan buku, layar projector, ruang diskusi, dan kredit mata kuliah yang harus dihabiskan kurang lebih sebanyak 145 sks untuk menempuh gelar Sarjana, nah diantaranya adalah Kuliah Kerja Nyata. Mengapa mahasiswa perlu melakukan Kuliah Kerja Nyata? kita akan jawab pertanyaan ini dengan beberapa poin penjabaran,
Pertama, menerapkan ilmu yang digalih selama di bangku kuliah. Berpusing-pusing dengan materi dan berbagai teori tentu membuat mahasiswa hanya akan paham secara kognitif, maka dari itu melalui kuliah kerja nyata memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan semua ilmu yang didapat untuk dikembangkan di lingkungan masyarakat, dan menyesuaikan apa yang sebenarnya keadaan lapangan butuhkan dari mahasiswa.
Kedua, mahasiswa dapat menyesuaikan diri dengan kondisi demografi, sehingga mampu menjadi lebih percaya diri, kreatif, terampil, dan peka terhadap lingkungan.
Ketiga, membangun kembali keharmonisan lingkungan, dengan dihadirkannya mahasiswa, maka masyarakat akan tergerak untuk ikut andil dalam sebuah program kemasyarakatan, pembangunan desa, serta sistem sosial yang sudah terprogram sebelumnya maupun belum terprogram sama sekali.
Keempat, menyumbang pemikiran, sehingga mampu terlibat dalam pemecahan masalah.
Kelima, memberikan gambaran kepada mahasiswa saat ini bahwasanya yang akan di hadapi di kemudian hari adalah sebuah kemampuan dalamberkehidupan bermasyarakat, ikut serta membangun lingkungan hidup, dan memajukan tempat tinggal dari segi kebutuhan primer ataupun sekunder masyarakat setempat.