Rini bangun pagi, menemui ibunya di kamar. Ada rasa tak percaya saat ia melihat tubuh ibunya bisa berdiri. Sejak sakit ibunya sering berbaring di tempat tidur. Gadis berambut lurus itu mendekati tubuh perempuan tua dari arah belakang. Saat menyentuhnya tampak kaku dan tubuhnya terjatuh.
"Ibu ... ." Tangis Rini memecahkan kesunyian pagi.
Bapak dan adik-adiknya mendekati ibunya yang sudah meninggal. Mereka berduka. Namun ini jalan terbaik dibandingkan ibunya menahan sakit yang sudah diderita selama tiga tahun. Esok harinya ibunya dimakamkan dekat dengan rumah. Banyak pelayat yang menghadiri pemakaman ibunya, termasuk Beno anak pak ustaz yang mengucapkan bela sungkawa dan berkenalan dengan Rini.
*
Siang itu Beno menemui Rini.
"Saya lihat ada bayangan saat penguburan ibumu. Saya kira salah satu penduduk sini," ucapnya."Kemudian malamnya aku ke kuburan ibumu, tapi tidak menemukan apa-apa."
"Anak ustaz kok percaya tahayul," ucap Rini.
"Bukan begitu, saya hanya ingin melihat dari ilmu yang saya dapatkan," jawabnya."Beberapa hari kemudian, aku melihat bayangan itu di rumahmu. Mirip ibumu, tapi bentuknya bukan manusia."
Beno menyarankan Rini dan keluarga untuk pindah tempat. Rini mengiyakan tetapi menunggu bapaknya pulang dari kota.
Sesampai di rumah, Rini mencari neneknya bersama adiknya. Betapa kagetnya, nenek yang di cari ternyata sudah meninggal. Kepergiannya membuat duka seisi rumah, terutama Doni adiknya. Rini menemukan surat yang ditulis neneknya untuk seseorang yang belum sempat dikirim. Dengan bantuan Beno, Rini menemukan alamat yang di cari. Pria itu adalah teman neneknya.
Pernikahan ibu dan bapaknya tidak disetujui oleh neneknya. Pria itu berpesan untuk bersama dalam menghadapi gangguan setan.
Toni adik Rini membaca majalah yang dibawa dari pria teman neneknya tersebut. Pandangan matanya tertuju pada tulisan pemuja setan.