http://www.terpopuler.net/sejarah-dan-perkembangan-demokrasi-di-indonesia.
Saya tidak berpanjang lebar dalam membahas konflik PSSI - KPSI, hanya mengutip darisalah satu situs : problem paling mendasar di hadapi negara yang sedang mengalami transisi menuju demokrasi adalah ketidak mampuan membetuk tata pemerintahan baru yang bersih, transparan dan akuntabel akibatnya legitimasi demokrsi menjadi lemah.
http://arenaku.com/sepak-bola-nasional/bajaj-bawa-kardus-kosong-pssi-ngungsi/.
Hanya mengingatkan, pada Saat Rejim NH mulai runtuh, semua berkasdiangkut dengan menggunakan bajaj untuk boyongan kekuningan. Sehingga setelah kekuasaan berpindah ke kubu Prof. Johar, tidak ada laporan serah terima dari NH ke Prof. Johar.Hasilnya adalah carut marutnya administrasi teknis maupun keuangan, dan berimbas dengan hancurnya prestasi sepak bola.
Kenapa hal ini dapat terjadi? Karena pada saat rejim NH tidak ada tata pemerintahan sepak bola yang bersih, transparan dan akuntabel, contohnya: Seorang Narapidana bisa mendudukijabatan Ketum PSSI pada saat itu, dengan demikian Statuta FIFA-pun dilangkahi.
Pelanggaran terhadap system yang esensial dari FIFA seperti di-copy-paste KPSI. Target 3 bulan penggulingan, gagal. Kongres ancol-hotel sultan : gagal. Bahkan Gugatan ke CAS : gagal juga. Setelah kegagalan tersebut, bukannya menurunkan tensi, akan tetapi KPSI tetap menjunjung manifesto point 7.
Analogi saya : Apabila tidak setuju dengan presiden terpilih, apakah kita jugamembuat Komite Penyelamat Republik Indonesia? MAKAR NAMANYA !
Alangkah sportifnya, jika gagal dalam perebutan kekuasaan, biarkanlah kekuasaan tersebut berganti sampai masa aktifnya pudar sendiri, siapkan diri andadalam perebutan tampuk kekuasaan PSSI 2015. Ini baru contoh ber-demokrasiyang sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H