Lihat ke Halaman Asli

Agung MSG

TERVERIFIKASI

Insan Pembelajar

Bangun Pengaruh Positif, Raih Sukses: Strategi Kepemimpinan Efektif Berbasis Riset

Diperbarui: 27 Januari 2025   19:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemimpin hebat bukan yang paling berkuasa, tapi yang paling dipercaya.|Foto: kantorkita.co.id

"Kepemimpinan sejati bukan tentang jabatan, tetapi tentang pengaruh positif yang kita bangun. Jadilah pemimpin yang menginspirasi, bukan sekadar menginstruksi."

Di dunia nyata, kita bisa menemukan dengan mudah dua jenis pemimpin. Dimana yang satu dihormati, dipatuhi, dan mampu menginspirasi perubahan besar dalam timnya; sedangkan yang lainnya, meski memiliki jabatan tinggi, tetapi sulit mendapatkan kepercayaan dan hanya diikuti karena kewajiban. Lebih ekstrim lagi, malah ada pimpinan tertinggi yang didemo oleh karyawannya sendiri. Apa yang membedakan keduanya? Jawabannya terletak pada pengaruh positif.

Dalam dunia bisnis yang semakin kompleks dan cepat berubah, kepemimpinan tidak lagi hanya soal membuat keputusan, tetapi juga bagaimana membangun hubungan, menggerakkan tim, dan menciptakan dampak yang bertahan lama. Studi terbaru dari Deloitte 2023 menunjukkan bahwa 82% karyawan lebih terlibat dan produktif ketika dipimpin oleh manajer yang memiliki pengaruh positif. Leadership and Social Influence kini menjadi faktor utama dalam keberhasilan organisasi modern.

Namun, bagaimana cara membangun pengaruh positif yang autentik dan berkelanjutan?

Artikel ini akan mengupas strategi kepemimpinan yang terbukti efektif, berbasis riset, dan diterapkan oleh para pemimpin sukses dunia.

1. Membangun Kredibilitas dan Kepercayaan

Kredibilitas adalah fondasi dari pengaruh yang kuat. Studi Harvard Business Review (HBR) tahun 2022 menunjukkan bahwa pemimpin yang memiliki integritas tinggi dan transparansi dalam komunikasi mendapatkan tingkat kepercayaan 70% lebih tinggi dari tim mereka. Untuk membangun kredibilitas:

* Konsisten dalam ucapan dan tindakan.
* Berani mengakui kesalahan dan belajar darinya.
* Menjaga transparansi dalam pengambilan keputusan.

Contoh best practice-nya bisa kita temui di Satya Nadella. CEO Microsoft ini, mengubah budaya perusahaan dari kompetisi internal menjadi kolaborasi dengan pendekatan kepemimpinan berbasis kepercayaan dan empati. Alhasil, budaya kerja pun jadi lebih nyaman, karena kepercayaan dan empati adalah dua hal penting dalam hubungan kerja dan komunikasi didalamnya.

2. Komunikasi yang Menginspirasi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline