"Cinta ibu adalah cahaya abadi yang menerangi jalan kehidupan. Bahkan dalam kerinduan, ia mengajarkan makna syukur dan kasih sejati."
Ada waktu-waktu di mana kenangan menyeruak begitu nyata, mengisi ruang hati yang kosong. Hari ini, soreku hening. Duduk di teras rumah, aku mencoba mereguk kopi yang kubuat sendiri. Tapi rasanya jauh berbeda. Bukan karena biji kopi yang kurang berkualitas, bukan pula karena gula yang kurang manis. Melainkan karena tak ada tangan lembutmu, Bu, yang menyeduhnya.
Bagiku, tak ada racikan kopi ternikmat di dunia ini selain kopi buatanmu. Tak ada yang mampu menyamai takaran presisi yang entah bagaimana selalu sempurna. Panasnya pas, manisnya pas, dan yang lebih penting, ada cinta yang menyelusup di setiap tegukan. Kopi buatanmu bukan sekadar minuman. Itu adalah bahasa cinta - sapaan sederhana yang menghangatkan jiwa.
Bu, aku kangen.
Kangen saat aku menyapu halaman, engkau duduk di teras sambil memetik bunga-bunga sederhana untuk menghias meja tamu. Kangen menemaniku dan melihatku dengan sabit kecilku, saat aku menyingkirkan rumput liar di halaman rumah. Juga kangen dengan senyum yang selalu melekat di wajahmu. Aku rindu canda sederhana kita ketika memetik jambu di pohon depan rumah. Bagiku, itu adalah momen-momen keabadian, keindahan yang tak akan pernah tergantikan.
Dan Bu, aku kangen tutug oncom buatanmu. Sambel tempe sederhana yang engkau buat dengan tanganmu, yang mungkin bagi orang lain tampak biasa saja. Tapi, bagiku itu adalah rasa cinta yang hadir dalam bentuk masakan. Semua itu adalah bagian dari kehadiranmu yang kini hanya bisa kusimpan dalam hati.
Hari ini aku minum kopi ini sendiri, Bu. Di setiap tegukan, aku merasakan hangat cinta yang selalu engkau berikan meski kini hanya lewat bayangan dan doa. Ada rindu yang melilit, tapi di dalamnya ada rasa syukur tak terhingga. Engkau telah memberi cinta yang tak pernah habis, meski jasadmu kini terbaring di bawah tanah yang sunyi. Satu setengah tahun yang lalu.
Besok, Bu, Jumat pagi, In Syaa Allah aku akan datang ke makammu. Membawa doa yang tulus, membawa kerinduan yang mendalam. Meski tak ada lagi suara sapaan lembutmu, aku tahu engkau mendengar setiap ucapanku. Meski di setiap sujud dan doaku, selalu ada namamu.
Dan saat aku berdiri di sana, di depan pusaramu, aku akan menyadari bahwa cinta seorang ibu itu abadi. Tak akan pernah terhapus oleh waktu, tak akan pernah terpisah oleh jarak, bahkan tak akan pernah pudar oleh kematian.
Bu, aku rindu. Aku cinta. Dan aku tak akan pernah lupa.