"Amalan yang diterima adalah rahasia Allah. Tidak ada yang lebih tinggi dari ketakwaan dan keikhlasan dalam beramal. Saat manusia tak melihat kita, penghuni langit mungkin sudah mengenal kita. Tinggikan ruh, perindah niat, karena hanya penilaian Allah yang abadi."
Hidup ini senyatanya sungguh singkat. Namun dalam kehidupan ini, kita kerap bertanya, apa yang menjadikan suatu amalan mulia di sisi Allah? Dalam Al-Qur'an dan hadis, Allah dan Rasul-Nya banyak memberikan petunjuk tentang bagaimana mencapai kemuliaan hakiki, yang jauh dari sekadar pujian manusia atau penghargaan duniawi. Melalui perenungan dan pemahaman yang mendalam, mari kita bersama merenungi keutamaan amal yang ikhlas dan kemuliaan yang sesungguhnya.
1. Allah Menyembunyikan Penerimaan Amalan untuk Menjaga Keikhlasan
Allah SWT, dengan rahmat-Nya yang luas, tidak mengungkapkan apakah suatu amalan diterima atau tidak. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Ma'idah: 27)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa amalan yang diterima adalah amalan yang dilandasi ketakwaan. Ketidakpastian mengenai penerimaan amal adalah agar kita tidak sombong atau terlena. Sebaliknya, Allah ingin kita senantiasa bertanya pada diri, apakah amalan yang kita lakukan ini benar-benar ikhlas dan sesuai tuntunan Rasulullah? Karena itu, kita terus berada dalam keadaan muhasabah, introspeksi, yang mengarahkan kita pada keikhlasan dalam beramal.
2. Harapan dalam Taubat yang Selalu Terbuka
Saat merasa lemah atau khawatir, Allah membuka pintu taubat agar kita selalu punya kesempatan untuk kembali dan memperbaiki diri. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba-Nya selama ruh belum sampai ke tenggorokan.”
(HR. Tirmidzi)
Allah adalah Al-Ghafur (Maha Pengampun) dan Ar-Rahim (Maha Penyayang). Dalam Al-Qur’an juga disebutkan: