Lihat ke Halaman Asli

Agung MSG

TERVERIFIKASI

Insan Pembelajar

Menjaga Harta, Tenaga dan Pikiran, Kunci Meraih Kebaikan dan Kebermaknaan

Diperbarui: 30 Oktober 2024   17:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Harta, tenaga, dan pikiran adalah amanah yang perlu kita jaga. Pengorbanan yang kita berikan di jalan Allah akan membuahkan kebaikan dan makna yang abadi."

Banyak di antara kita, dalam mengejar kebaikan hidup, sering terjebak dalam kesibukan duniawi tanpa henti. Namun, tanpa kita sadari bahwa apa yang kita kejar ternyata hanyalah bayang-bayang.

Kebaikan sejati tidaklah hanya berpatokan pada materialisme atau prestasi dunia, tetapi lebih kepada nilai-nilai spiritual yang abadi, seperti yang diingatkan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah. Beliau mengatakan bahwa siapa yang enggan membelanjakan hartanya di jalan Allah, maka suatu hari kelak ia akan membelanjakannya di jalan yang tidak ia sukai. Nasihat ini memiliki makna mendalam yang menjadi cerminan sikap hidup seorang Muslim dalam menggapai kebahagiaan sejati.

Menjaga Harta dengan Jalan Kebaikan

Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibnul Qoyyim, harta merupakan amanah dari Allah. Bila kita enggan menggunakannya untuk kebaikan, maka harta itu justru akan terpakai untuk sesuatu yang mungkin kita sesali kelak. Menggunakan harta di jalan Allah, seperti bersedekah, membantu mereka yang membutuhkan, dan mendukung kegiatan dakwah, bukan hanya menambah pahala tetapi juga menjaga hati kita dari ketamakan dan egoisme.

Tidak ada yang lebih mulia dari menafkahkan harta demi kebaikan dan di jalan Allah. Harta yang disalurkan dengan ikhlas untuk ketaatan akan membersihkan jiwa kita dari sifat keduniawian, yang kerap menjadi sumber dari berbagai masalah psikologis seperti kecemasan dan ketidakpuasan. Di sisi lain, ketulusan dalam memberi menanamkan rasa syukur dan kedamaian yang tidak tergantikan oleh nilai materi.

Keletihan yang Berpahala

Setiap pekerjaan menuntut keletihan, tetapi pilihan berada pada kita: apakah keletihan itu bernilai pahala atau sia-sia? Keletihan untuk Allah, seperti menuntut ilmu, mengajar, atau beribadah, akan menjadi pelipur di hari akhir nanti. Ibnul Qoyyim mengingatkan bahwa jika kita memilih tidak bersusah payah di jalan Allah, maka kita akan tetap menghadapi keletihan---tetapi untuk hal-hal yang mungkin tidak kita inginkan, seperti keletihan melayani nafsu, atau malah menjadi budak dari pandangan orang lain.

Keletihan di jalan kebaikan juga dapat meningkatkan rasa kebermaknaan hidup, yang merupakan salah satu pilar dalam psikologi positif. Dengan fokus pada amal saleh, kita akan merasakan kepuasan yang lebih tinggi dan pemahaman bahwa setiap pengorbanan bukanlah sia-sia, melainkan investasi untuk kebahagiaan abadi.

Menjaga Pikiran dengan Wahyu

Ibnul Qoyyim pun memberikan nasihat berharga tentang menjaga pikiran dari limbah pemikiran yang kotor dan merugikan. Bagi seorang Muslim, wahyu adalah petunjuk yang paling utama, yang menuntun kepada kebenaran dan kebahagiaan yang hakiki. Namun, ketika kita berpaling dari wahyu, pikiran kita mudah terjebak dalam asumsi-asumsi yang salah, hawa nafsu, atau pandangan yang menyesatkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline