Lihat ke Halaman Asli

Agung MSG

TERVERIFIKASI

Insan Pembelajar

Kebaikan yang Kita Tebar, Kebahagiaan yang Kita Tuai

Diperbarui: 17 Oktober 2024   06:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup mulia berawal dari niat yang lurus dan tindakan yang penuh keikhlasan.|Image: Ilustrator AFM

"Ketika kita hidup dengan keyakinan yang kokoh dan niat yang lurus, setiap langkah adalah pengabdian kepada-Nya. Ketekunan dalam iman akan menuntun kita pada kemuliaan hidup yang penuh berkah dan ridha-Nya."

Kebaikan adalah kunci keberkahan hidup. Namun, dalam kehidupan yang penuh tantangan ini, kita sering kali dihadapkan pada pilihan antara memikirkan diri sendiri atau menginginkan kebaikan bagi orang lain. Sebagai manusia yang beriman, kita diajarkan bahwa menginginkan kebaikan bagi sesama bukan hanya sebuah tindakan mulia, melainkan juga jalan menuju keberkahan hidup.

Rasulullah bersabda, "Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri" (HR. Bukhari dan Muslim). Ini menunjukkan betapa pentingnya niat baik terhadap orang lain sebagai bagian dari kesempurnaan iman kita.

Mengapa Kebaikan kepada Orang Lain Penting?

Menginginkan kebaikan bagi orang lain membawa manfaat yang sangat luas, baik dalam kehidupan spiritual, psikologis, maupun sosial. Dari sudut pandang spiritual, Allah memberikan pahala yang berlipat ganda kepada mereka yang tulus mendoakan dan menginginkan kebaikan bagi sesamanya. 

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullahu ta'ala menyatakan, "Niatkan kebaikan untuk orang lain; maka engkau akan meraih kebaikan juga." Keutamaan Allah tidak terhalang oleh manusia, dan setiap niat baik yang kita tanamkan untuk orang lain akan kembali kepada kita dengan kebaikan yang lebih besar.

Manfaat Psikologis: Kebahagiaan Sejati Ada di Kebaikan

Tidak hanya dari sisi spiritual, menginginkan kebaikan bagi orang lain juga memberikan dampak psikologis yang mendalam. Penelitian dalam psikologi positif menunjukkan bahwa orang yang sering berbuat baik cenderung lebih bahagia, lebih sehat, dan memiliki hubungan sosial yang lebih baik.

Tindakan kebaikan, baik dalam bentuk materi maupun sekadar doa tulus, dapat memicu peningkatan hormon kebahagiaan dan mengurangi stres. Ini adalah prinsip dasar dari "abundance mindset," yaitu keyakinan bahwa keberkahan dan kebahagiaan cukup untuk semua orang, sehingga kesuksesan orang lain tidak akan pernah mengurangi jatah kita.

Menghindari Dengki dan Ego: Menghalangi Kebaikan Diri Sendiri

Namun, ada satu penghalang utama yang sering kali menjauhkan kita dari kebaikan, yaitu rasa dengki. Dalam hal ini, Syaikh al-Utsaimin mengingatkan bahwa iri hati adalah salah satu faktor terbesar yang menghalangi kita dari meraih kebaikan. Beliau berkata, "Jikalau engkau mendengki, maka sesungguhnya engkau tidak akan mampu menghalangi keutamaan Allah yang diberikan kepada orang lain."

Sikap dengki tidak hanya merugikan orang yang kita iri terhadapnya, tetapi juga merusak hati kita sendiri. Rasulullah mengajarkan kita untuk senantiasa bersikap sabar, rida, dan syukur atas segala takdir Allah, serta menjauhkan diri dari sifat iri yang merusak.

Kebaikan Menyebar: Lingkaran Kebaikan yang Tak Terputus

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline