"Ketika dunia menawarkan kesenangan yang semu, hanya bersama Allah kita menemukan kebahagiaan sejati dan ketenangan abadi."
Rasanya, masa saat ini waktu berlari dengan cepat. Dalam kehidupan yang serba cepat ini, tak jarang kita terjebak dalam dinamika dunia yang menuntut perhatian penuh. Dunia menawarkan harapan, kesenangan dan kegembiraan. Namun, di balik semua itu, ada rasa hampa yang kadang tak terhindarkan.
Dalam kebisingan duniawi, sering kali kita lupa bahwa ada satu sosok yang selalu hadir, menanti kita untuk kembali dan bersandar kepada-Nya. Dialah Allah, yang selalu siap menenangkan hati, memberikan kekuatan, dan menuntun langkah kita menuju kebahagiaan sejati.
Mengapa Senantiasa Bersama Allah Adalah Kebutuhan Hidup?
Ibnul Qoyyim rahimahullah mengingatkan kita bahwa ketika manusia merasa cukup dengan dunia, maka hendaknya kita merasa cukup dengan Allah. Nasihat ini mengandung pesan mendalam tentang orientasi hidup. Kita sering kali mencari kenyamanan dan kebahagiaan dalam hal-hal duniawi, padahal Allah adalah sumber segala ketenangan.
Ketika kita bersandar kepada-Nya, kita akan merasakan ketentraman yang jauh lebih dalam daripada apa yang dunia tawarkan. Inilah ajakan untuk selalu kembali kepada Allah, yang menjadi landasan utama dari pengembangan diri yang hakiki.
Mengalihkan Fokus dari Dunia Menuju Allah
Psikologi positif mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukan berasal dari hal-hal materi, melainkan dari hubungan yang bermakna dan tujuan hidup yang jelas. Neurosains pun mendukung hal ini, dengan menunjukkan bahwa otak manusia lebih tenang dan seimbang ketika terfokus pada hal-hal yang bersifat spiritual. Ini sejalan dengan ajaran tauhid, yang mengajak kita untuk selalu menyandarkan diri kepada Allah sebagai sumber segala kebaikan.
Dalam perjalanan hidup ini, kita sering kali terpesona oleh gemerlapnya dunia. Namun Ibnul Qoyyim mengingatkan, "Bila manusia bergembira dengan dunia, maka berbahagialah engkau dengan Allah." Di sinilah letak kebahagiaan yang sesungguhnya - kebahagiaan yang tidak bergantung pada situasi duniawi, melainkan pada kedekatan dengan Allah.
Menghidupkan Ketenteraman dengan Mendekatkan Diri kepada Allah
Ketika manusia merasa tenang bersama orang-orang yang mereka cintai, Ibnul Qoyyim menegaskan bahwa ketenangan sejati hanya ditemukan bersama Allah. Sejumlah pakar dalam bidang psikologi dan pengembangan diri melihat bahwa ini adalah prinsip mendasar dalam mencapai keseimbangan emosional dan mental.
Banyak orang mengira bahwa kedekatan dengan sesama, pimpinan, hingga pejabat yang berpengaruh, dapat memberikan ketenangan yang abadi. Tetapi, tanpa Allah, hubungan-hubungan ini akan terasa hampa. Allah adalah tempat bersandar yang sempurna, dan dengan mendekat kepada-Nya, kita akan merasakan ketenangan yang tidak bisa diukur dengan dunia.
Berusaha Mencintai Allah untuk Meraih Kemuliaan Tertinggi