Lihat ke Halaman Asli

Agung MSG

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Dari Jet Pribadi ke Roti Mahal: Gaya "Tone Deaf" Anak Pejabat di Tengah Krisis

Diperbarui: 26 Agustus 2024   10:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Empati lebih berharga daripada roti mahal; kepemimpinan adalah tentang mendengar, bukan hanya pamer.| Foto: ultimatejet.com

"Pemimpin sejati adalah mereka yang mendengar dan merespons suara rakyat, bukan hanya mendengarkan gema kemewahan di sekelilingnya."

Di tengah suasana politik yang memanas dan demo-demo yang kian berkobar, ada yang bikin heboh dengan gaya hidupnya yang, hmm, agak tone-deaf. Sementara rakyat bersusah payah menghadapi masalah hidup, kita punya pemandangan yang tak kalah menarik: anak pejabat yang sibuk beli roti seharga ratusan ribu. Mungkin di sana, tepungnya bercampur emas, atau mungkin dia baru beli roti dari pabrik yang sudah kena inflasi berkali-kali!

Ternyata, pemandangan dari jendela jet pribadi lebih menarik daripada pemandangan di sekitar mereka. Atau juga tayangan berita-berita yang bikin hati panas dan menyesakkan dada. Dari dalam pesawat, yang nampak bukan hanya pemandangan, tetapi juga gaya hidup yang penuh warna.

Katanya pemimpin itu teladan, tapi rasanya teladannya tak terlihat di keluarganya. Anaknya, lebih mirip selebgram yang sibuk pamer daripada kerja nyata. Begitu ada demo, rakyat teriak "hidup susah," eh, mereka malah bilang, "terbang susah, jet pribadi penuh."

Lalu, kalau bisa beli roti seharga ratusan ribu, mungkin bisa juga beli sedikit empati, ya? Atau mungkin, mereka pikir bahwa beli empati itu tidak semahal roti mewah.

Sementara rakyat mencari solusi, mereka malah asyik pamer foto liburan kelas elit. Jempol mereka sepertinya lebih aktif daripada otak mereka, atau mungkin mereka cuma sibuk mengoleksi momen tone deaf di Instagram.

Ketika rakyat sibuk memikirkan bagaimana membayar listrik, mereka malah bingung memikirkan pose terbaik di depan jet pribadi. "Kami butuh solusi!" kata rakyat. Dan mereka? "Tunggu sebentar, kami lagi sibuk pamer roti mahal!"

Inilah kisah yang penuh warna dari dunia politik dan kehidupan glamour, di mana realitas dan empati seolah menjadi barang langka. Karena tertutup oleh kemewahan dan pameran yang tidak ada habisnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline