Lihat ke Halaman Asli

Agung MSG

TERVERIFIKASI

Insan Pembelajar

Menggali Kekuatan Optimisme, Menemukan Keberkahan di Setiap Ujian

Diperbarui: 10 Agustus 2024   08:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan optimisme, setiap kesulitan adalah jalan menuju keberkahan. | Foto: jackcanfield.com

"Optimisme adalah cahaya yang membimbing kita melalui gelapnya ujian, menuju keberhasilan yang telah Allah siapkan dengan penuh kasih sayang."

Menjadi pribadi yang optimis dalam kehidupan ini, adalah salah satu karakter mulia yang diajarkan dalam Islam. Hal ini sangat berperan dalam menentukan keberhasilan seseorang. Optimisme bukan sekadar sikap mental positif, tetapi juga merupakan wujud nyata dari keyakinan seorang mukmin terhadap qada dan qadar Allah. Keyakinan bahwa Allah selalu memiliki rencana terbaik bagi hamba-Nya, meskipun terkadang jalan yang ditempuh penuh dengan ujian dan cobaan.

Makna dan Pentingnya Optimisme dalam Islam

Optimisme adalah karakter seorang mukmin sejati. Sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, seorang mukmin harus selalu berprasangka baik kepada Allah dalam setiap kondisi. Optimisme ini menjadi sumber kekuatan saat menghadapi berbagai tantangan dalam hidup, baik itu dalam studi, karier, maupun kehidupan berkeluarga.

Islam mengajarkan bahwa setiap kesulitan pasti diiringi dengan kemudahan, sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Insyirah ayat 5-6:  

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."

Ayat ini mengajarkan kita untuk tidak mudah menyerah dalam menghadapi cobaan hidup. Seorang mukmin yang optimis akan melihat ujian sebagai peluang untuk meningkatkan diri, baik secara spiritual maupun emosional.

Al-Hulaimi rahimahullah mengatakan: “Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam suka dengan optimisme, karena pesimis merupakan cermin persangkaan buruk kepada Allah tanpa alasan yang jelas. Optimisme diperintahkan dan merupakan wujud persangkaan yang baik. Seorang mukmin diperintahkan untuk berprasangka baik kepada Allah dalam setiap kondisi.” (Fathul Bari, 10/226)

Al-Hasan al-Basri mengatakan : “Sesungguhnya tawakal seorang hamba kepada rabbnya adalah ia meyakini bahwa Allah itu sumber kepercayaan dirinya.” (Al-Fawa’id, 149).

Jadi, apa pun situasi dan kondisnya, bergantunglah hati kita hanya kepada Allah. Perbanyak doa dan selalulah berhusnudzan kepada Allah sesuai dengan ketetapan Allah, meski mungkin itu tak selaras dengan ambisi atau pun keinginan kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline