"Riba bukanlah jalan menuju kemakmuran, melainkan jalan menuju kemiskinan dan kesengsaraan. Menghindari riba adalah langkah menuju kesejahteraan sejati dan ridha Allah SWT."
Riba, dalam pengertiannya sebagai tambahan yang tidak sah dalam transaksi, merupakan penyakit yang merusak tidak hanya perekonomian individu tetapi juga tatanan sosial dan spiritual umat manusia. Sebagai seorang yang peduli dengan kebaikan dan keberkahan, saya merasa bertanggung jawab untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai bahaya riba dan dampaknya yang merusak.
Dalam pengertian yang sederhana, riba adalah tindakan yang memastikan peningkatan pendapatan secara tidak sah (bathil). Hal ini terjadi dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak memiliki kesamaan dalam kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl). Bisa juga terjadi dalam transaksi pinjam-meminjam yang mengharuskan nasabah penerima fasilitas untuk mengembalikan dana yang diterima melebihi jumlah pokok pinjaman karena berlalunya waktu (nasiah).
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Siapapun yang memperbanyak hartanya dengan cara riba, maka akhir urusannya akan menjadi miskin." [HR. Ibnu Majah, dishahihkan al-Albani]. Hadits ini dengan jelas menunjukkan bahwa riba bukanlah jalan menuju kemakmuran, melainkan jalan menuju kemiskinan dan kesengsaraan.
Riba dan Dampaknya pada Individu
Riba pada dasarnya memaksa orang yang meminjam untuk membayar lebih dari yang mereka pinjam. Hal ini menciptakan beban tambahan yang tidak diinginkan dan tidak adil, sehingga menyengsarakan mereka yang terpaksa meminjam. Dampak ini terasa lebih parah ketika peminjam tidak mampu melunasi utangnya beserta bunganya, yang pada akhirnya memperburuk kondisi ekonomi mereka.
Kesejahteraan seseorang dapat tergerus oleh biaya tambahan yang harus dikeluarkan untuk membayar bunga. Ketika seseorang terjerat riba, ia harus mengalokasikan sebagian besar pendapatannya untuk melunasi utang berbunga tersebut. Akibatnya, kesejahteraan mereka berkurang dan mereka jatuh ke dalam jurang kemiskinan.
Riba menciptakan ketakutan dan ketergantungan yang merusak mentalitas kerja keras dan inovasi. Orang yang terjerat riba cenderung menjadi malas bekerja dan takut mengambil risiko. Padahal, sumber daya manusia yang produktif adalah penggerak utama roda ekonomi. Jika mentalitas malas dan takut ini menyebar luas, maka ekonomi akan melemah dan kesejahteraan masyarakat akan terancam.
Riba dan Dampaknya pada Masyarakat
Riba tidak hanya merusak individu, tetapi juga memiliki dampak yang mengancam dan merusak kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Riba dapat meningkatkan inflasi dan menciptakan kesenjangan sosial yang tajam antara si kaya dan si miskin. Ketidakadilan ini merusak harmoni dan stabilitas sosial, serta menciptakan ketegangan dan konflik dalam masyarakat.