Lihat ke Halaman Asli

Agung MSG

TERVERIFIKASI

Insan Pembelajar

Menahan Amarah: Kunci Surga dan Kedamaian Jiwa

Diperbarui: 18 Mei 2024   17:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kendalikan amarah. Jangan marah, dan bersabarlah. | Foto : pexels.com/Neosiam 2024+

"Menahan amarah bukan tanda kelemahan, melainkan kekuatan sejati yang membawa kita menuju surga."

Sebenarnya, hidup ini indah. Namun, fakta di kehidupan kekinian sedang tak baik-baik saja. Di dalam negeri, rasanya kita mulai terusik dengan fenomena parkir liar. Lalu uang kuliah tunggal yang menggila, layanan publik yang tak etik, hingga gaya hidup pejabat yang katanya "kayak Don Juan". Semua, menghiasi laman pemberitaan dan suara netizen ramai-ramai semakin berani melaporkan pelanggaran etik dan aturan yang dirasakan mengada-ngada.

Sementara dari pemberitaan luar, juga tak kalah serunya. Salah satunya adalah "gerakan akal sehat" yang membela kemerdekaan Palestina di berbagai penjuru dunia, kini semakin meluas di hampir kampus-kampus ternama dunia. Gelombang ini juga memicu satu persatu negara di Barat mulai mengakui eksistensi Palestina dan menginginkan kemerdekaan Palestina.

Ini belum termasuk segala macam di lingkar pribadi yang terjadi pada kehidupan kita. Mulai dari profesi pekerjaan, pasangan dan keluarga, teman dan ketetanggaan, hingga kehidupan keseharian. Kadang, ada saja yang bisa membuat kita gemas, cemas, kesal, hingga mengundang marah dan amarah.

Menghadapi Ujian Kehidupan dengan Kesabaran

Dalam kehidupan yang penuh gejolak ini, sering kali kita dihadapkan pada situasi-situasi yang mengguncang kedamaian jiwa dan ketenangan hati. Di luar sana, ada begitu banyak hal yang membuat kesejahteraan mental kita terganggu. Ucapan yang tajam, perilaku yang tidak beradab, serta sikap yang merendahkan, mencibir, dan menyindir adalah ujian yang harus kita hadapi setiap hari. Ujian-ujian ini datang untuk menguji kesabaran dan kebesaran jiwa kita.

Menahan amarah adalah sebuah akhlak yang mulia, sebuah perwujudan dari kesabaran yang sejati. Rasulullah bersabda, "Barang siapa menahan amarahnya padahal mampu meluapkannya, Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari Kiamat untuk memberinya pilihan bidadari yang ia inginkan" (HR. Abu Daud). Hadis ini menunjukkan betapa tinggi derajat orang yang mampu menahan amarahnya, meskipun ia mampu meluapkannya. Ini adalah sebuah tanda kebesaran jiwa dan kemuliaan hati, sebuah perwujudan dari kekayaan batin yang sejati.

Mengendalikan Amarah dengan Praktik Nyata

Amarah adalah api yang datang dari setan, mengaburkan akal dan menggelapkan hati. Dalam amarah, sering kali kita kehilangan kendali, berkata dan bertindak tanpa berpikir panjang, merusak hubungan, dan menimbulkan penyesalan yang mendalam. Namun, ketika kita mampu menahan amarah, kita memadamkan api tersebut, menjaga kemurnian hati, dan mempertahankan keharmonisan dalam hubungan kita dengan sesama.

Dalam praktiknya, menahan amarah bisa dilakukan dengan beberapa cara yang diajarkan oleh Rasulullah .
* Pertama, ketika marah, segeralah berwudhu. Air wudhu dapat meredakan panasnya amarah dan membawa ketenangan.
* Kedua, jika sedang berdiri, duduklah, dan jika sedang duduk, berbaringlah. Perubahan posisi ini membantu meredakan intensitas emosi.
* Ketiga, berdiam diri dan beristighfar, memohon ampunan dan pertolongan dari Allah untuk mengendalikan diri.
Rasulullah juga bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian marah dan dia dalam keadaan berdiri, maka hendaklah dia duduk, karena hal itu akan menghilangkan marahnya. Dan jika belum hilang, maka hendaklah dia berbaring" (HR. Abu Dawud).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline