Lihat ke Halaman Asli

Agung MSG

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Kekuatan Diam: Menjadi Bijaksana dalam Kata-kata dan Keheningan

Diperbarui: 9 Mei 2024   06:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika kata-kata berhenti, kebijaksanaan bersuara dalam diam. | Foto: ARNS

"Ketika kata-kata terhenti, hati-hati bersuara. Diam adalah doa yang tak terucapkan namun terdengar di sana-sini. Menyaksikan dunia dengan hati yang hening, dapat membuka pintu ilmu dan kebijaksanaan yang baru."

Setiap kata itu ada makna dan energinya. Dalam jalinan sosial yang rumit, kata-kata kita memiliki kekuatan yang tak terhingga. Kata-kata yang terpilih itu bisa merubah orang, menghinoptis massa, bahkan menggerakkan revolusi.

Setiap suara yang kita keluarkan adalah potensi untuk membangun atau menghancurkan. Menghidupkan atau mematikan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga lisan setiap saat, sehingga kita dapat terus memberi manfaat. Tentu, dengan kata-kata yang baik, benar, tepat dan terpilih.

Bila tidak, orang tua kita sudah pernah mengingatkan, bahwa "Mulutmu, harimaumu".

Mulut juga bisa mengangkat dan memuliakan, juga bisa menjatuhkan dan menghinakan.

Rasulullah Muhammad SAW, sebagai teladan bagi umat manusia, telah memberikan arahan yang jelas mengenai pentingnya berbicara dengan baik atau lebih baik diam. Beliau bersabda, "Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketika kita berbicara, kita harus ingat bahwa kata-kata kita memiliki kekuatan untuk menyentuh hati orang lain. Bisa jadi apa yang kita sampaikan dengan santai, tanpa pikir panjang, adalah paku yang menyakitkan hati seseorang.

Karena itu, seorang yang beriman haruslah bijaksana dalam berbicara, memilih kata-kata dengan cermat, dan menghindari omongan yang tak bermanfaat.

Al-Hasan Al-Bashri, seorang ulama besar, menasihati kita dengan bijaksana, "Jika engkau duduk bersama orang bodoh, maka diamlah. Jika engkau duduk bersama ulama maka diamlah. Sesungguhnya diammu di hadapan orang bodoh akan menambah kebijaksanaanmu dan diammu di hadapan ulama akan menambah ilmumu."

Terkadang, dalam diam kita menemukan kedalaman yang tak terjamah oleh kata-kata. Diam bukanlah kelemahan, melainkan kebijaksanaan yang melampaui kehendak untuk menyuarakan setiap pikiran. Diam itu emas, dan bicara itu perak.

Adakalanya, menyaksikan dunia dengan hati yang hening dapat membuka pintu ilmu dan kebijaksanaan yang baru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline