Lihat ke Halaman Asli

Agung MSG

TERVERIFIKASI

Insan Pembelajar

Maafkan Ayah, Bagaimana Ayah Mendidik Kalian Selama Ini...

Diperbarui: 7 Mei 2024   06:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah Perjalanan Kasih Sayang: Mendidik Anak dengan Disiplin dan Cinta. | Foto: Ade FM

"Tantangan terbesar dalam hidup bukanlah untuk memiliki segalanya, tetapi untuk membuat segalanya memiliki makna yang mendalam."

Nak, dimana pun di dunia ini, senyatanya setiap ayah adalah ingin menjadi ayah yang bijaksana.

Ayah memahami tuntutan zaman, karena itu ayah yakin dan percaya bahwa mendidik anak dengan disiplin, fokus pada proses pembelajaran, dan etos kerja yang tinggi adalah langkah penting untuk membekali anak-anak ayah menghadapi dunia yang kompetitif.

Ayah pun menyadari sepenuhnya, bahwa masa depan anak-anak ayah akan dipengaruhi oleh kemampuan kalian dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin cepat berubah.

Zaman ayah adalah zaman yang paling merasakan perubahan itu. Mulai dari mesin tik hingga pengolah kata dengan menggunakan suara saja dan memakai AI, kecerdasan buatan. Mulai dari bis besar hingga bis sleeper. Juga mulai dari telepon di kantor telepon hingga smartphone. Semua berubah dengan sangat cepat.

Sungguh nak, perubahan sekarang itu perubahan yang bercirikan hiperkompetitif, ekstrim, mendasar, membahayakan, akseleratif, tak terpola, dan tak terduga. Penuh disruptif, dan saling menggantikan dalam sekejap.

Karena itu, maafkan ayah bila dahulu saat kalian masih kecil, ayah mendidik anak-anak ayah dengan ketat. Tujuan ayah sangatlah sederhana, semua itu karena ayah ingin kalian memiliki fondasi yang kuat untuk berhasil di dunia ini. Jadi anak yang soleh dan solehah, cerdas, dan dapat membahagiakan keluarga dan orang-orang yang kalian cintai. Juga bisa memajukan negeri ini.

Tak heran bila ibumu, dan ayah, mengajarkan kalian akan pentingnya disiplin dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Seperti pentingnya tidur siang, batas waktu tidur dan belajar yang teratur, mengaji, serta menghargai waktu.

Ayah juga memberikan contoh bagaimana belajar dengan sungguh-sungguh dan serius itu dapat membuka pintu kesempatan yang lebih luas di masa depan.

Yang penting, adab dulu sebelum ilmu. Karakter sebelum pinter. Ilmu itu bukan untuk semata dikuasai, tapi untuk diresepati, dimaknai ulang, dan masuk ke hati. Hanya dengan cara itu keberkahan ilmu, akan jadi berarti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline